Laporan
baca buku Sosiolinguistik
Pengarang
: P. W. J. Nababan
1.
Penerbit
: Gramedia
2.
Tahun
terbit
: 1984
3.
Kota
terbit
: Jakarta
4.
Jumlah halaman : 83 lembar
BAB 1
PENDAHULUAN
Bab ini dimulai dari
pengertian Sosiolinguistik. Sosiolinguistik adalah studi atau pembahasan bahasa
yang berhubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat.
Sosiolinguistik mempelajari dan membahasa aspek-aspek kemasyarakatan bahasa,
khususnya perbedaan (variasi) yang terdapat dalam bahsa yang berkaiatan dengan
faktor-faktor kemasyarakatan (sosial).
Dalam Sosiolinguistik
ada beberapa masalah utama yaitu :
1.
kajian tentang bahasa dalam konteks sosial dan kebudayaan,
2.
menghubungkan
faktor-faktor kebahasaan
3.
ciri-ciri, dan ragam
bahasa dengan situasi serta faktor sosial dan budaya,
4.
serta mengkaji fungsi
sosial dan penggunaan bahasa dalam masyarakat.
Topik-topik umum dalam
pembahasan sosiolinguistik ialah: (a)bahasa, dialek, idiolek, dan ragam bahasa;
(b) repertoar bahasa; (c) masyarakat bahasa; (d) kedwibahasaan dan
kegandabahasaan; (e) fungsi kemasyarakatan bahsa dan profil sosiolinguistik;
(f) penggunaan bahasa (etnografi berbahsa); (g) sikap bahasa; (h) perencanaan
bahasa; (i) interaksi sosiolinguistik; dan (j) bahasa dan kebudayaan.
Metode yang digunakan
adalah perpaduan dari sosiologi dan linguistik. Metode linguistik dipakai untuk
memerikan (deskripsi) bentuk bahasa serta unsur yang ditemukan, yang kemudian
digambarkan dengan notasi/tanda-tanda fonetik/fonemik.Adapun Cara mengumpulkan datanya bisa dari lapangan
(masyarakat) kebanyakan diambil dari ilmu sosiologi, khususnya yang berhubungan
dengan pengamatan (observasi) dan pengumpulan data dengan kuesioner dan
wawancara.
Sumbangan utama
sosiolinguistik kepada pengajaran bahasa ialah: (a) penekanan kebermaknaan
bahasa dalam pengajaran bahasa; (b) pengertian yang lebih mendalam tentang
ragam bahasa; (c) tujuan pengajaran bahasa yang bersumber pada penggunaan
bahasa dalam masyarakat; (d) bentuk bahasa yang diajarkan disesuaikan dengan
bentuk bahasa yang ada dalam masyarakat.
Keadaan
sosiolinguistik di Indonesia sangat kompleks. Terdapat banyak bahasa dan
dialek, namun Bahasa Indonesia merupakan bahasa pemersatu. Kebanyakan orang Indonesia
belajar bahasa daerah sebagai bahasa pertamanya. Bahasa Indonesia merupakan
bahasa kedua yang dipelajari di bangku sekolah.
BAB 2
VARIASI DALAM BAHASA
Variasi bahasa adalah
ragam bahasa. Dimensi variasi bahasa ada 4, yaitu dialek (daerah/letak geografis),
sosiolek (kelompok sosial), fungsiolek (situasi berbahasa/tingkat formalitas),
dan kronolek (perkembangan waktu). Cabang linguistik yang mengkaji bahasa yang
berbeda (membandingkan) disebut linguistik historis/diakronik (dimensi
waktu/sejarah) dan linguistik kontrastif (cara dan sukar mudahnya belajar
bahasa dengan latar belakang bahasa lain).
1. Kajian Variasi
dalam Linguistik umum
Variasi bahasa dapat
dibedakan berdasarkan sumber perbedaan itu, yaitu variasi internal dan
eksternal. Variasi internal adalah varisai bahasa yang disebabkan oleh faktor
dalam bahasa itu sendiri, khususnya unsur yang mendahukui dan /atau mengikuti
unsur yang diperhatikan itu. Sedangkan varisai eksternal merupakan variasi yang
sehubungan dengan daerah asal penutur, kelompok sosial, situasi berbahasa, dan
zaman penggunaan bahasa itu. Variasi internal memiliki cirri alamiah. Cirri
variasi seperti ini dikaji dalam linguistik umum.
2. Kajian
Historis-Komparatif
Yang dikaji dalam
lapangan historis-komparatif dan linguistik kontrastif adalah materi yang sama,
tetapi dengan tujuan dan metode berbeda. Materi kajian berupa perbedaan bahasa.
Tujuan dalam kajian komparatif adalah penentuan pola kekerabatan atau struktur
“silsilah” dari bahasa. Dengan begini data juga kita peroleh pembagian bahasa
di dunia ini ke dalam apa yang disebut rumpun bahasa.
3. Kajian Dialektologi
Dialektologi adalah
ilmu yang mengkaji tentang perbedaan-perbedaan bahasa sebagai manifestasi dari
variasi dalam suatu bahasa yang sama. Dalam pemetaan variasi dialek dari bahasa
dipergunakan konsep isoglos, yaitu garis yang menghubungkan dua tempat yang
menunjukkan ciri atau unsur yang sama, atau garis yang memisah dua tempat yang
menunjukkan ciri/unsur yang berbeda.
4. Kajian
Sosiolinguistik
Sosiolinguistik
mencakup pengkajian sosiolek dan fungsiolek. Bahan kajian sosiolinguistik
adalah “penggunaan bahasa” oleh penutur-penutur tertentu dalam keadaan yang
sewajarnya untuk tujuan tertentu.
5. Aspek Morfologi dan
Sintaksis dari Ragam Fungsiolek
Bahasa mempunyai
banyak ragam. Ragam bahasa menunjukkan perbedaan struktural dalam
unsur-unsurnya. Perbedaan struktural itu adalah berbentuk ucapan, intonasi,
morfologi, identitas kata, dan sintaksis. Di sini perhatian difokuskan pada
perbedaan morfologi dan sintaksis dari ragam fungsiolek. Funsiolek dibagi
menjadi lima tingkatan:
·
Ragam beku (frozen): ragam bahasa paling resmi yang digunakan
dalam situasi khidmat dan upacara resmi (dokumen bersejarah, undang-undang
dasar, dsb)
o
Ragam resmi (formal): ragam bahasa yang dipakai dalam pidato
resmi dan rapat dinas.
·
Ragam usaha (consultative): ragam bahasa yang sesuai pembicaraan
di sekolah, perusahaan, dan rapat usaha. Raga mini berada pada tingkat paling
operasional.
o
Ragam santai (casual): ragam bahasa santai antarteman dalam
berbincang-bincang.
o
Ragam akrab (intimate): ragam bahasa antaranggota yang akrab
dalam keluarga.
Dalam rangka
pengkajian sosiolinguistik, yang relevan bagi kita ialah korelasi perbedaan
buni (fonologi), bentuk kata (morfologi), dan bentuk atau susunan kalimat (sintaksis)
dengan faktor-faktor sosial. Ragam bahasa tidak hanya mencakup fungsiolek, tapi
juga sosiolek dan dialek. Maka dalam pembahasan ragam bahasa ini perlu juga
diperhatikan perbedaan kebahasaan antara lapisan masyarakat serta kelompok
masyarakat, dan perbedaan kebahasaan antardaerah.
BAB 3
KEDWIBAHASAAN
Berdwibahasa
(bilingual) adalah berbahasa dengan memakai lebih adri satu bahasa, umpamanya
bahasa daerah dan bahasa Indonesia. Orang yang dapat mengguanakan dua bahasa
disebut dwibahasawan.
1. Bilingualisme
(kebiasaan) dan Bilingualitas (kemampuan)
Bilingualiame ialah
kebiasaan menggunakan dua bahasa dalam interaksi dengan orang lain.
Bilingualitas adalah kemampuan untuk berdwibahasa. Jadi, orang yang
“berdwibahasa” mencakup pengertian kebiasaan memakai dua bahasa, atau kemampuan
memakai dua bahasa. Jikalau kita memperhatikan hubungan logika antara
bilingualisme dan bilingualitas, kita dapat mengerti bahwa tidak semua yang
mempunyai bilingualitas mempraktekkan bilingualisme dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kedwibahasaan
Masyarakat dan Perorangan
Istilah kedwibahasaan
dapat dipakai perorangan maupun masyarakat. Dalam kedwibahasaan suatu
masyarakat terdapat dua keadaan teorotis yang ekstrim. Pertama, keadaan dimana
semua anggota masyarakat itu tahu dua bahasa dan menggunakan kedua bahasa
setiap hari dalam pekerjaan dan interaksi sosial. Kedua, bila ada dua bahasa
dalam masyarakat, tapi tiap orang hanya tahu satu bahasa dan dengan begitu
masyarakat terdiri atas dua jaringan komunikasi. Adanya bilingualisme
masyarakat di suatu tempat belum selalu berarti akan terdapat di situ
bilingualitas. Perubahan keadaan kedwibahasaan masyarakt (transisi) disebut
kedwibahasaan yang labil.
3. Alih Kode dan
Campur Kode
Alih kode yaitu
peralihan penggunaan bahasa dalam situasi bahasa tertentu agar semua pelaku
bahasa dapat berkomunikasi dengan baik. Konsep alih kode mencakup juga kejadian
dimana kita beralih dari satu ragam fungsiolek (umpamanya ragam santai) ke
ragam lain (umpamanya ragam formal), atau dari satu dialek ke dialek lain, dsb.
Campur kode adalah
suatu keadaan berbahasa yang mencampur dua (atau lebih) bahasa atau ragam
bahasa dalam suatu tindak bahasa tanpa ada sesuatu dalam situasi
berbahasa itu yang menuntut pencampuran bahasa itu. Misalnya penggunaan bahasa
Indonesia yang dicampur dengan bahasa daerah. Ciri yang menonjol dalam campur
kode adalah kesantaian atau situasi informal.
4. Profil
Bilingualitas
Jika kemampuan dan
tindak laku dalam kedua bahasa terpisah atau bekerja sendiri, maka disebut
sebagai bilingualitas sejajar. Sedangkan bilingualitas majemuk adalah jika
kemampuan dan kebiasaan orang dalam bahasa utama berpengaruh atas penggunaan
bahasa kedua.
5. Interferensi
Interferensi adalah
pengacauan dalam penggunaan dua bahasa. Interferensi perlakuan adalah
interferensi yang terdapat dalam tindak laku bahasa perorangan.
Interferensi perlakuan yang terjadi sewaktu orang masih belajar suatu bahasa
kedua/asing disebut inteferansi perkembanan. Sedangkan interferensi yang
terjadi alam bentuk perubahan unsur, bunyi, atau struktur suatu bahasa dari
bahasa lain disebut interferensi sistemik.
6. Pola-pola
Bilingualisme
Dalam masyarakat yang
berganda bahasa akan terdapat berbagai macam pola kedwibahasaan, yang terdiri
dari unsur-unsur berikut: bahasa yang dipakai, bidang kebahasaan, dan teman
berbahasa. Jadi, pola kedwibahasaan itu menjawab pertanyaan: bahasa apa yang
dipakai orang, untuk bidang kebahasaan apa, dan kepada siapa?
BAB 4
FUNGSI-FUNGSI BAHASA
Secara umum bahasa
berfungsi untuk komunikasi. Namun berikut ini akan dibahas macam-macam fungsi
bahasa secara terperinci.
1.
Fungsi Kebudayaan
Fungsi bahasa dalam
kebudayaan sebagai:
·
sarana perkembangan kebudayaan
Bahasa adalah bagian
dari kebudayaan, dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayan.
·
jalur penerus kebudayaan
Seseorang belajar dan
mengetahui kebudayaannya kebanyakan mealui bahasa. Artinya kita hidup dalam
masyarakat melalui dan dengan bantuan bahasa.
·
inventaris ciri-ciri kebudayaan
yang dimaksud dengan
bahasa sebagai inventaris kebudayaan adalah segala sesuatu yang ada dalam suatu
kebudayaan mempunyai nama dalam bahasa kebudayaan itu.
1.
Fungsi Kemasyarakatan
Fungsi kemasyarakatan
bahasa menunjukkan peranan khusus sesuatu bahasa dalam kehidupan masyarakat.
Klasifikasi bahasa berdasarkan fungsi kemasyarakatan dibagi:
·
Berdasarkan ruang lingkup
1.
bahasa nasional
Bahasa nasional
dirumuskan oleh Halim berfungsi sebagai lambing kebanggaan kebangsaan, lambing
identitas bangsa, alat pnyatuan berbagai suku bangsa, dan alat perhubungan
antardaerah dan antarbudaya.
1.
bahasa kelompok
Bahasa kelompok adalah
bahasa yang digunakan oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa. Di
Indonesia disebut sebagai bahasa daerah atau logat daerah.
·
Berdasarkan bidang pemakaian
1.
bahasa resmi: bahasa yang dipakai untuk keentingan resmi
kenegaraan. Di Indonesia adalah bahasa Indonesia.
1.
Bahasa pendidikan: bahasa yang dipakai sebagai pengantar dalam
pendidikan.
2.
Bahasa agama, bahasa dagang, dsb
1.
Fungsi Perorangan
Untuk bahasa anak-anak
kecil terdiri dari enam fungsi:
·
Fungsi instrumental: unkapan bahasa, termasuk bahasa bayiuntuk
meminta sesuatu.
·
Menyuruh: ungkapan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
·
Interaksi: unkapan yang menciptakan suatu iklim untuk hubungan
pribadi.
·
Kepribadian: ungkapan yang menyatakan atau mengakhiri
partisipasi.
o
Pemecahan masalah: ungkapan yang meminta atau menyatakan jawab
keada suatu masalah atau persoalan.
o
Khayal: unkapan yang mengajak pendengar untuk berpura-pura atau
simulasi suatu keadaan seperti yang dilakukan anak jika bermain rumah-rumahan.
o
Informasi (usia lebih dari tiga tahun): memberitahukan suatu
hal. Fungsi informative inilah yang didapat jikalau ilmu disajikan di
sekolah-sekolah sebagai suatu produk dan bukan sebagi proses.
1.
Fungsi Pendidikan
Fungsi ini lebih
banyak didasarkan pada tujuan penggunaan bahasa dalam pendidikan dan
pengajaran. Fungsi pendidikan bahasa dapat dibagi manjadi 4 subfungsi:
·
Fungsi integratif: memberi penekanan pada penggunaan bahasa
sebagai alat yang membuat anak didik ingin dan sanggup menjadi anggota suatu
masyarakat.
·
Fungsi instrumental: penggunaan bahasa untuk tujuan
mendapatkeuntungan material, memperoleh pekerjaan, meraih ilmu, dsb.
·
Fungsi kultural: penggunaan bahasa sebagai jalur mengenal dan
menghargai suatu sistem nilai dan cara hidup, atau kebudayaan suatu masyarakat.
·
Fungsi penalaran: memberikan lebih banyak tekanan pada
penggunaan bahasa sebagai alat berfikir dan mengerti serta menciptakan kosep,
dengan pendek untuk bernalar. Fungsi penalaran bahasa Indonesia terlaksana
bukan hanya karena ada latihan bernalar, tapi karena bahasa Indonesia dipakai
dalam mata pelajaran lain.
BAB 5
BAHASA DAN KEBUDAYAAN
1.
Bahasa
Semua manusia
mempunyai bahasa. Bahasa kita digambarkan terdiri atas tiga subsistem, yaitu:
subsistem fonologi (mencakup unsur bunyi serta struktur), tata bahasa:
memerikan hubungan antar usur bermakna (morfem, kata, frase, klausa), kosa
kata: daftar dari unsur bermakna. Fungsi dasar bahasa adalah untuk komunikasi,
yaitu alat pergaulan yang memungkinkan terjadinya interaksi sosial (kekerabatan).
1.
Kebudayaan
Semua sistem
komunikasi disebut kebudayaan, yaitu keseluruhan sistem komunikasi yang
mengikat dan memungkinkan bekerjanya suatu himpunan manusia yang disebut
masyarakat. Kebudayaan merupakan:
·
pengatur dan pengikat masyarakat,
·
hal yang diperoleh manusia melalui belajar,
·
pola kebiasaan dan perilaku manusia,
·
sistem komunikasi yang dipakai masyarakat untuk memperoleh
kerjasama.
1.
Hubungan Bahasa dan Kebudayaan
Bahasa merupakan
bagian terpenting dari kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek
kebudayaan. Kebudayaan manusia tidak akan terjadi tanpa bahasa. Jadi bahasa
adalah pokok bagi kebudayaan dan masyarakat manusia. Hubungan lain dari bahasa
dengan kebudayaan adalah bahasa mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang
menjadi wadahnya. Bahasa merupakan kunci bagi kebudayaan. Maka untuk
mempelajari suatu kebudayaan harus mempelajari bahasanya terlebih dahulu.
Bentuk dan struktur bahasa seseorang mempengaruhi cara berpikir (kebudayaan)
seseorang.
1.
Tata cara berbahasa
Sebagai subsistem kebudayaan,
maka tindak laku (tindak cara) berbahasa pun mengikuti norma-norma kebudayaan
induknya. Tata cara berbahasa mengatur:
·
Apa yang sebainya kita katakana pada waktu dan keadaan tertentu.
·
Ragam bahasa apa yang sewajarnya kita akai dalam situasi sosiolinguistik
tertentu.
·
Kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan
menyela perbincangan orang lain.
o
Kapan kita harus diam, jangan berbicara.
BAB 6
PERENCANAAN BAHASA
Salah satu gejala
modern tentan bahasa ialah bahwa orang lebih sadar akan adanya bahasa di
masyarakat, bahwa bahasa-bahasa itu berhubungan satu sama lain, serta bahwa
bahasa-bahasa itu mempunyai fungsi dan prestise yang berbeda. Orang juga sadar
bahwa kepribadian kelompok manusia erat hubungannya dengan bangsa. Penggarapan
bentuk-bentuk bahasa dalam masyarakat disebut perencanaan bahasa.
1.
Penentuan Bahasa
Yang paling utama
dalam perencanaan bahasa adalah penentuan bahasa apa yang akan dipakai dalam
masyarakat (negara) itu serta fungsi apa yang akan dipenuhi. Dalam pemilihan
bahasa resmi, khususnya bahasa nasional, sering sekali timbul pertikaian
diantara Negara yang berganda bahasa. Akhirnya akan menggunakan bahasa bekas
penjajahnya.
1.
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Bahasa baru yang
diserahi fungsi kemasyarakatan yang barua kan memerlukan
penggarapan-penggarapantertentu agar bahasa itu dapat memenuhi fungsi
kemasyaraktan yang diharapkan dari bahasa itu. Salah satu yang diperlukan
adalah pembakuan (standardisasi), agar ada kesamaan penggunaannya oleh semua
pemakainya. Langkah selanjutnya adalah penyebaran, artinya mengumumkan dan
membuat orang memakainya atau mempelajarinya. Ini dapat dilakukan secara formal
(sekolah, buku) dan informal (koran, majalah). Di Indonesia masih dalam taraf
ini dan lambat laun kita harapkan semua dapat mengikuti EYD.
1.
Kesimpulan
Perencanaan bahasa
tidak selalu terencana, namun ada usaha perorangan maupun kelompok manusia yang
secara sadar/tidak sadar mempengaruhi bentuk fungsi sesuatu bahasa. Tujuan
sementara perencanaan bahasa adalah pembakuan, modernisasi, dan grafisasi.
Penggunaan ketiga aspek perencanaan bahasa ini dalam pendidikan dan pengajaran
: (1) sebagai alat penyebar ilmu pada masyarakat luas, dan (2) sebagai bahan
pelajaran yang perlu dimasukkan dalam kurikulum.
BAB 7
PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN BAHASA
1.
Bahasa dan pendidikan
Disini, pendidikan
merupakan jalur mewariskan dan mewarisi suatu kebudayaan. Tujuan pendidikan
tidak cukup sebatas pewarisan, tapi pendidikan juga harus kreatif dan inovatif.
Dasar operasional khusus kreativitas ialah “penangguhan penilaian atau
penyimpulan” dan memberikan cukup waktu untuk lebih dahulu memikirkan,
mendiskusikan segala data dan aspek suatu masalah. Inovasi pendidikan dibuat
dan dimungkinkan dengan menggunakan bahasa dalam fungsi-fungsi kepribadian yang
bukan hanya informatif, tapi juga mementingkan funsi interaksi, pemecahan
persoalan, dan khayalan.
1.
Hipotesis Bernstein
Hipotesis ini disebut
“hipotesis kerugian” yang didasarkan atas perbedaan variasi bahasa golongan
buruh (rendah) dan golongan menengah. Teori ini mengatakan bahwa anak golongan
menengah memakai variasi bahasa yang berbentuk lengkap di rumah, sedangkan anak
golongan buruh dibesarkan dalam lingkungan variasi bahasa yang terbatas atau
tidak berbentuk lengkap. Di sekolah, bahasa yang digunakan mirip dengan bahasa
lengkap (golongan menengah), maka golongan buruhlah yang harus dirugikan untuk
mempelajari bahasa baru (lengkap).
Hasil hipotesis ini
dihubungkan dengan pengetahuan bahwa bahasa lah alat utama pendidikan. Banyak
ahli mengatakan ketidakberhasilan pendidikan adalah ketidakberhasilan
kebahasaan.
1.
Tujuan Belajar Bahasa
Tujuan balajar bahasa
dapat digolongkan ke dalam empat golongan utama:
1.
penalaran,
Tujuan penalaran
menyagkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap sosial
budaya, pendeknya identitas dan kepribadian seseorang.
1.
instrumental,
Tujuan instrumental
menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari untuk tujuan-tujuan material dan
konkret, umpamanya supaya tahu memakai alat-alat, memperbaiki kerusakkan mesin,
mempelajari suatu ilmu, dan sebagainya.
1.
integratif,
Tujuan integratif
menyangkut keinginan seseorang menjadi anggota sesuatu mesyarakat yang
menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara
menguasai bahasa itu seperti penutur aslinya.
1.
Kebudayaan
Tujuan kebudayaan
terdapat pada orang yang secara ilmiah ingi engetahui, atau memperdalam
pengetahuannya, tenyang suatu kebudayaan atau masyarakat. Ini didasarkan atas
asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur kebudayaan masyarakat,
sehingga menguasai bahasa akan membantu pendalaman tentang kebudayaan atau
kehidupan mesyarakat yang memakai bahasa tersebut.
1.
Makna Bahasa
Makna diungkapkan
dengan unsur kebahasaan (morfem, kata, farse, klausa) yang dapat dimodifikasi
dengan struktur dan fonologi. Di zaman komunikasi massa sekarang ini semakin
terasa perlunya dimasukkan dalam pelajaran bahasa disekolah pengertian yang
lebih dalam tentang makna bahasa.
1.
Bahasa dalam Interaksi Belajar-Mengajar
Bahasa merupakan alat
utama untuk berinteraksi antara guru dan murid. Oleh karena itu, jelas bahwa
akan berguna sekali jika kita sadar akan pola penggunaan bahasa dalam interaksi
belajar mengajar, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
belajar-mengajar itu.
1.
Kesimpulan
Bahasa adalah bagian
dari kebudayaan dan berfungsi sebagai inventaris unsur-unsur kebudayaan. Bahasa
juga berfungsi sebagai jalur dan alat pembudayaan orang dan sebagai alat
penerus dan pengembang kebudayaan. Faktor dalam masyarakat menentukan variasi
bahasa yang digunakan orang sehingga pengetahuan akan pola berbahasa
orabg dan kelompok dapat berguna dalam pengkajian masyarakat itu