MODUL
1
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA
Kegiatan belajar 1 :
LINGUISTIK
A. Ringkasan
Llinguistik berarti ilmu
bahasa. Ferdinand de Saussure sebagai pelopor linguistik modern menyebutkan
tiga istilah tentang bahasa yaitu langage, langue, dan parole. Langage berarti
bahasa pada umumnya, langue berarti
bahasa tertentu, dan parole berarti
logat, ucapan, atau perkataan. Linguistik adalah ilmu yang mempelajari ujaran
manusia meliputi kesatuannya, hakikat, sifat, struktur, dan perubahan bahasa.
Ciri-ciri keilmuan linguistik yaitu eksplisit,
sistematis, dan objektif. Ekspleisit,
berarti tersurat, jelas, tidak samar, tidak berarti ganda, disusun dan
dirumuskan secara penuh dan menyeluruh dan tidak berbenturan antara satu kaidah
dengan kaidah lainnya. Sistematis,
berarti beraturan, berpola sehingga dapat digunakan untuk menyusun generalisasi
yang utuh dalam rangka membentuk kaidah yang mapan. Linguistik sebagai ilmu
yang sistematis sebagaimana bahasa yang merupakan suatu sistem. Objektif, berarti sikap terbuka dalam
analisis; sikap kritis dengan mencari pembuktian setiap hipotesis secara
memadai; berhati-hati terhadap prasangka-prasangka; berusaha sejauh mungkin
memakai prosedur standar yang telah ditentukan; bersifat bebas dari perasaan
dan pertimbangan pribadi.
Linguistik memiliki beberapa
pendekatan, yaitu:
- pendekatan struktural, berarti linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu sistem dan bukan sebagai kumpulan unsur-unsur yang terpisah.
- pendekatan deskriptif (sinkronis), yaitu memahami bahasa dengan mempelajari berbagai aspeknya pada suatu masa.
- pendekatan historis (diakronis), yaitu memahami bahasa dengan mempelajari perkembangannya dari waktu ke waktu.
Linguistik sebagai ilmu
telah mengalami tiga tahap perkembangan yaitu tahap spekulasi, tahap observasi,
dan tahap perumusan teori. Dalam menyusun teori tentang bahasa, linguistik
mempergunakan metode deduktif dan induktif. Metode induktif yaitu proses yang
berlangsung dari fakta ke teori, sedangkan metode deduktif dimulai dari teori
ke fakta.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Linguistik umum sebagai ilmu
pengetahuan dapat diterapannya dalam bahasa Indonesia. Secara eksplisit dalam
bahasa Indonesia telah dirumuskan tentang kaidah-kaidah yang bisa digunakan
sebagai acuan. Misalnya kaidah ejaan yang disempurnakan, yang di dalamnya
terdapat pembakuan-pembakuan penulisan ejaan, dan tanda baca. Di samping itu,
tata bahasa indonesia baku, yang berisi tentang tata penulisan kalimat, dan
struktur bahasa Indonesia baku. Begitu pun pengadaan kamus, baik kamus umum
maupun kamus khusus (kamus istilah), kata serapan dan sebagainya. Contoh
dalam ketentuan penulisan kalimat, bahwa setiap kalimat diawali huruf
kapital dan diakhiri tanda baca. “Adik
membeli pisang.” Kalimat ini menyatakan bentuk berita, karena secara jelas
dengan tanda baca yang digunakan. Ini merupakan implikasi dari ciri-ciri
linguistik tersebut.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Uraian pada bagian ini sangat bagus untuk mengawali
bahasan mengenai struktur. Namun masih ditemukan kelemahan permanen dari bahasan mengenai bahasa, yaitu masalah pelafalan. Sampai
sekarang pelafalan tidak bisa diterapkan dalam pembakuan. Uraian teori dalam
buku tersebut cukup menarik, hanya saja belum diberikan contoh sebagai penguat.
Seharusnya diberi contoh penerapannya agar pembaca lebih mudah memahami.
Kegiatan belajar 2 :
BAHASA SEBAGAI OBJEK KAJIAN LINGUISTIK
A. Ringkasan
Asal usul bahasa telah dipelajari orang sejak lama, yaitu sejak abad kelima
sebelum masehi pada zaman Yunani Kuno. Dalam penyelidikan asal-usul bahasa
berkembang beberapa asumsi tentang mengenai bahasa. Asumsi-asumsi itu antara
lain:
1.
Kebudayaan primitif mengakui keterlibatan Tuhan dan dewa
dalam permulaan sejaran bahasa. Tuhanlah yang mengajari nabi Adam nama-nama
sebagai asal mula bahasa.
2.
Akhir abad 18 muncul pendapat bahwa tidaklah tepat kalau
bahasa adalah anugerah llahi. Bahasa lahir karena dorongan manusia untuk
mencoba-coba berpikir.
3.
Charles Darwin mengemukakan konsep bahwa suara manusia
dan binatang hanya berbeda dalam tingkatannya saja.
4.
Yo-he-ho Theory mengatakan bahwa bahasa lahir dalam suatu
kegiatan sosial.
5.
Bow-wow-theory mengatakan bahwa sejarah bahasa dimulai
deari tiruan bunyi. Kata-kata yang pertamakali muncul adalah hasil dari tiruan
bunyi-bunyi alami.
Bahasa adalah lambang bunyi yang
arbitrer yang digunakan oleh kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi.
Menurut Bloomfield ada tiga konsep dalam pengertian bahasa, yaitu bahasa adalah
bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap manusia, bahasa adalah sistem
lamban, dan bahasa itu sistem bunyi.
Sifat bahasa apapun hampir sama,
yaitu arbitrer, produktif, unik, universal atau hampir universal, variatif, dan
sebagai lambang identitas. Bahasa adalah sebuah sistem yang terdiri atas
subsistem fonologi, gramatka, dan leksikon
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Sejarah asal-usul bahasa memang perlu kita ketahui, apalagi sebagai guru
bahasa harus mengerti konsep ini. Namun demikian hal tersebut bukan sesuatu
yang “harus” dalam pembelajaran bahasa kepada anak didik. Pembelajaran sekarang
lebih mementingkan pada penggunaan bahasa secara komunikatif. Dengan demikian
sejarah bahasa perlu disampaikan sebagai pengayaan dan bukan materi pokok.
Namun bagi guru bahasa sejarah bahasa ini tetap harus dipelajari sebagai materi
dasar.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Telaah dalam kegiatan belajar 2 yang membahas asal-usul bahasa sangat
penting bagi guru bahasa. Guru bahasa Indonesia juga perlu mempelajari hal
tersebut. Namun demikian telaah yang disampaikan terbatas pada asal usul bahasa
secara umum. Akan lebih baik lagi bila setambah dengan asal-usul bahasa
Indonesia sehingga guru bahasa Indonesia
akan lebih mengetahui asal-usul bahan pembelajaran yang disampaikan. Pada
telaah sifat bahasa sebaiknya disertai dengan contoh konkret sehingga menjadi
jelas.
Kegiatan belajar 3 :
BIDANG-BIDANG LINGUISTIK
A. Ringkasan
Linguistik dalam perkembangannya telah diakui sebagai salah satu disiplin
ilmu. Sebagai disiplin ilmu berdasarkan tujuan linguistik dibagi menjadi dua
bidang bahasan, yaitu linguistik teroretis dan linguistik terapan. Linguistik
teoretis membahas bahasa untuk mendapatkan kaidah-kaidah yang berlaku dalam
bahasa, sedangkan linguistik terapan membahas bidang pengajaran bahasa,
penerjemahan, leksikografi, fonetik terapan, sosiolinguistik, pembinaan bahasa,
linguistik medis, dan mekanolingistik.
Bidang-bidang kajian linguistik dapat dilihat dari beberapa dasar yang
dipakai seperti pada tabel berikut ini.
No.
|
Dasar Pembagian
|
Bidang Linguistik
|
1
|
Cakupan objek
kajiannya
|
1. Linguistik umum
2. Linguistik khusus
|
2
|
Kurun waktu
objek kajiannya
|
1. Linguistik sinkronis
2. Linguistik diakrinik
|
3
|
Hubungan dengan
faktor di luar bahasa objek kajiannya
|
1. Linguistik makro
2. Linguistik mikro
|
4
|
Tujuan
kajiannya
|
1. Linguistik teoretis
2. Linguistik terapan
|
5
|
Aliran yang
digunakan dalam penyelidikan bahasa
|
1. Linguistik tradisional
2. Linguistik struktural
3. Linguistik transformasional
4. Linguistik generatif semantik
5. Linguistik relasional
6. Linguistik sistemik
|
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Kajian tentang bidang-bidang
linguistik merupakan hal yang sangat penting bagi guru bahasa. Namun demikian
hal tersebut bukan sesuatu yang harus disampaikan kepada siswa dalam
pembelajaran, terutama di sekolah menengah. Pembelajaran sekarang lebih
mementingkan pada penggunaan bahasa secara komunikatif. Bidang-bidang
linguistik yang dibahas terdapat kesamaan konsep dengan perkembangan bahasa
Indonesia. Hal ini karena dalam penggunaan bahasa Indonesia di masyarakat
bidang-bidang tersebut akan tampak nyata. Dalam bidang linguistik terapan,
misalnya, tampak guru memerlukan hal ini agar dapat tepat mengajarkan bahasa
Indonesia kepada peserta didik.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kelebihan pada pembahasan
mengenai bidang-bidang linguistik pada
kegiatan belajar 3 ini adalah kelengkapan bidang lingistik yang ditampilkan.
Semua kajian linguistik tampak dalam pembidangan linguistik yang ditampilkan
lengkap dari sudut pandang apa lingusitik itu dikelompokkan. Hanya saja pada
setiap pembidangan linguistic belum disertai contoh untuk memperkuat pembagian
bidang-bidang tersebut.
MODUL
2
PERKEMBANGAN
LINGUISTIK
Kegiatan belajar 1 :
BAHASA SEBAGAI OBJEK LINGUISTIK
A. Ringkasan
Ferdinan de
Saussure mengungkapkan
tiga istilah dalam pembahasan bahasa, yaitu langage, langue, Parole. Langage adalah kemampuan berbahasa setiap manusia yang
sifatnya pembawaan dan dikembangkan dengan lingkungan dan stimulus.
Langue
adalah suatu sistem kode yang
diketahui oleh semua anggota masyarakat.Parole adalah penggunaan bahasa secara individual.
Unsur-unsur bahasa meliputi unsur segmental dan non segmental. Unsur
segmental adalah unsur bahasa yang
dipilah-pilah menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil menurut peringkatnya. Peringkat tersebut diantaranya adalah
fonologi, morfologi, morfosintaksis, dan sintaksis. Unsur nonsegmental adalah unsur bahasa yang tidak dapat
dipilah-pilah. Unsur ini terbagi atas tiga kelompok yaitu suprasegmental, paralinguistics, dan semantik.
Linguistik
bermanfaat bagi guru bahasa, penulis buku, penerjemah, para
linguis, serta pengembangan
berbagai disiplin ilmu.
B.
Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Teori ini kalau diaplikasikan dengan struktur bahasa
Indonesia atau kegiatan belajar mengajar sangatlah baik karena sudah terprogram
dan berstruktur baik, terperinci, dan mudah dipahami.
Haya saja perlu dipahami bahwa pembelajaran bahasa dengan pendekatan
komunikatif sekarang ini lebih mementingkan aspek penggunaan bahasa dalam
berkomunikasi. Masalah teori perkembangan bahasa seperti yang diuraikan pada
bagian ini menjadi urusan belakangan. Bila siswa telah terampil berbahasa
dengan sendirinya mereka akan mencari dan menemukan teori bahasa itu. Jadi
bahasan pada bagian ini cukup untuk dipahami
C.
Kelemahan atau Kelebihan
Bahasan pada bagian ini
terlalu teoretis. Mempelajari bahasa lebih baik menekankan unsure
komunikatifnya. Masalah teori perkembangan bahasa seperti
yang diuraikan pada bagian ini menjadi urusan belakangan. Jadi kelemahan
bahasan pada bagian ini adalah kurang aplikatif
Kegiatan belajar 2 :
PERKEMBANGAN ILMU BAHASA
A. Ringkasan
Sejak linguistik atau ilmu bahasa
modern dinyatakan sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri pada awal abad
ke-20, perkembangannya sangat pesat terutama setelah masa de Saussure dan
Bloomfoeld. Muncul aliran Kopenhagen (glosemantik), aliran Praha yang
dipelopori oleh Martinet dan Groot, aliran Paris, aliran Jenewa, dan aliran Moskow.
Setelah Bloomfield, muncul aliran postbloomfield diantaranya aliran
transformasi generatif, aliran tagmetik, dan aliran stratifikasi. Dari
transformasi muncul aliran semantik generatif, semantik interpretatif, dan
teori tatabahasa kasus.Teori-teori Chomsky banyak menimbulkan reaksi pro dan
kontra terutama di kalangan linguis di Amerika antara lain Fillmore dan
Montague, di Eropa antara lain oleh Molinovski dan Firth.
Dari perkembangan ilmu bahasa lama
(filologi) berkembang ilmu perbandingan bahasa umum, perbandingan kontrastif,
dan perbandingan historis komparatif di samping tipologi bahasa. Beberapa
tatabahasa baru pun muncul dalam lingkup linguistik, antara lain tatabahasa
relasional, teori x (teori x bar), tatabahasa struktur frasa generatif,
tatabahasa fungsional, tatabahasa realistik, tatabahasa jaringan (network
grammar). Muncul kajian linguistik terapan, antara lain linguistik
antropologis, linguistik biologis, linguistik klinis, linguistik komputasional,
linguistik pendidikan, etnolinguistik, linguistik geografis, linguistik
matematis, neurolinguistik, linguistik statistik, teolinguistik, dan studi
wacana.
Sebelum abad IXX pembahasan terhadap
bahasa belum bersifat ilmiah dan masih bersaifat spontan didorong oleh hasrat
ingin mengetahui perbedaan bahasa-bahasa. Datangnya agama Islam membawa sinar
baru bagi perkembangan ilmu dan pengaruhnya meluas ampai ke Eropa.
Pada abad ke-17 di Port Royal
berdiri aliran Gramatika Logika yang dipelopori oleh Pash dan beberapa ahli
sastra. Abad ke – 18 muncul aliran Romantisme yang mencetuskan Ilmu
Perbandingan Bahasa dan Pengelompokkan Bahasa yang dipelopori oleh William
Jones.Tahun 1870 di Universitas Leipzig berdiri aliran Neogramarian yang
merupakan aliran perbandingan bahasa Indo Eropa yang mempergunakan pangkal
pembahasannya dari segi perubahan bunyi bahasa dan logika. Perubahan bunyi
bahasa merupakan pembahasan perbandingan level fonologi, sedangkan logika pada
level morfologi dan sintaksis (tatabahasa).
Aliran struktural muncul pada abad
ke-20 di dua tempat, yaitu di Eropa pada tahun 1915 yang dikenal dengan aliran
Praha/ Mentalistik yang dipelopori oleh Ferdinand de Saussure dan di Amerika
Serikat pada tahun 1930 yaitu aliran Behavioristik/Bloomfield yang dipelopori
oleh Leonard Bloomfield.
Tatabahasa transformasi artinya
tatabahasa yang menggambarkan hubungan antara struktur dalam (deep structure)
dengan struktur luaran (surface structure) dengan cara transformasi.
Transformasi artinya mengubah bentuk kalimat dari kalimat inti (kernel
sentence) kepada variasi-variasinya.
Psikolinguistik adalah ilmu
pengetahuan yang bersifat inetrdisipliner mempelajari hal-hal yang berkaitan
dengan bahasa dan tingkah laku manusia sebagai pemilik dan pemakai bahasa.
Sosiolinguistik artinya ilmu pengetahuan interdisipliner yang membahas bahasa
selaku fenomena sosial dan kebudayaan. Atau suatu pembahasan /studi ilmiah
tentang bahasa dalam kaitannya dengan kehidupan sosial dan kebudayaan.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Berbagai aliran yang diuraikan di
atas merupakan aliran-aliran yang terjadi pada bahasa-bahasa di Eropa dan
Amerika Serikat. Tidak semua kaidah-kaidahnya dapat diterapkan ke dalam
struktur bahasa Indonesia. Karena bahasa sangat terkait erat dengan tingkah
laku manusia sebagai pemilik dan pemakai bahasa serta terkait erat dengan
fenomena sosial dan kebudayaan. Tingkah laku, fenomena sosial dan kebudayaan bangsa
Indonesia sangat berbeda dengan bangsa-bangsa di Eropa dan Amerika Serikat jadi
pastilah terdapat perbedaan dalam kebahasaan walaupun tentu saja ada
persamaannya.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Uraian pada bagian ini dapat membuka
cakrawala berfikir mahasiswa tentang proses terjadinya perkembangan bahasa (linguistik)
pada masa lampau, sehingga diharapkan dapat pula membuka pikiran para mahasiswa
bahwa bahasapun ternyata selalu mengalami perkembangan, tidak statis melainkan
dinamis.
Kekurangan dari materi ini adalah
kurangnya mengorek perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri dari waktu ke
waktu. Sepertinya bahasa Indonesia malah dikesampingkan, sedikitpun tidak
disentuh perkembangan yang terjadi padanya. Mahasiswapun menjadi kurang lengkap
pula pengetahuannya tentang perkembangan bahasa Indonesia. Mengapa yang
disajikan hanya perkembangan bahasa-bahasa di Eropa dan Amerika Serikat?
Kegiatan belajar 3 :
LINGUISTIK TERAPAN DAN ANALISIS WACANA
A. Ringkasan
Dari waktu ke waktu linguistik terus
berkembang. Perkembangan terbaru dari ilmu linguistik adalah munculnya
linguistik terapan (applied linguisticts).
Mulai berkembang pada awal tahun 1970-an. Linguistik terapan mengalihkan
hal-hal yang teoretis kepada hal-hal yang praktis. Kaitannya dengan pengajaran
bahasa asing, Politzer berpendapat bahwa linguistik terapan dititikberatkan
pada cara pemanfaatan konsep-konsep linguistik bagi penyelesaian atau pemecahan
pendidikan. Notion dari linguistik terapan menyangkut pengajaran bahasa, dengan
tekanan pembahasannya bersifat interdisipliner antara bidang bahasa dengan
bidang-bidang: psikologi, matematik, ilmu politik dan lain-lain. Corder
berpendapat bahwa linguistik terapan adalah pemanfaatan pengetahuan teoretis
bahasa ke dalam kegiatan nyata; lingustik terapan merupakan konsumen atau
pemakai suatu teori, bukan sebagai produser teori.
Perkembangan linguistik terapan di
Inggris sama dengan pengajaran bahasa. Maka cakupan linguistik terapan berada
di sekitar linguistik umum dan bidang-bidang lain yang berkaitan dengan
pengajaran bahasa seperti metode pengajaran, strategi belajar mengajar,
evaluasi belajar mengajar, dan bidang lain yang relevan. Linguistik terapan di
Amerika mencakup bidang-bidang: pengembangan bahasa; otografi; reading; belajar
dan mengajarkan bahasa kedua (L2); kedwibahasaan; dialektologi; bahasa dan
masyarakat; kesusastraan; pengajaran bahasa; dan ketidakteraturan bahasa.
Linguistik terapan yang paling luas
cakupan dan intensif pelaksanaan pengajarannya terdapat di Singapura dan
khususnya diselenggarakan di Regional Language Centre Singapura sehingga dapat
mencapai tingkat pendidikan doktor. Ada empat macam atau kelompok pengajaran
atau kursus dalam linguistik terapan di negara ini: (1) Applied Linguistics,
(2) Teaching English to Speakers of Other Language (TESOL), (3) Penelitian
Bahasa, dan (4) English for Special Purposes.
Pembahasan wacana sangat berbeda dengan
pembahasan tatabahasa sebab pembahasan wacana selalu mengaitkan diri dengan
bidang semantik yang sangat dijauhi oleh para ahli tatabahasa struktural.
Pembahasana wacana pada satu segi merupakan usaha memahami rangkaian tuturan
berdasarkan interpretasi semantik terhadap rangkaian tuturan tersebut.
Wacana dapat diartikan sebagai
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal
(subjek) yang disajikan secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang
koheren, dan dibentuk oleh unsur segmental maupun nonsegmental bahasa.
Unsur-unsur segmental dalam sebuah wacana meliputi fonem, morfem, kata, frasa,
klausa, dan kalimat. Adapun unsur nonsegmental dalam sebuah wacana pada
hakikatnya berhubungan dengan situasi pemakaian bahasa, waktu pemakaian bahasa,
gambaran pemakai bahasa, tujuan pemakaian bahasa, makna dalam bahasa, intonasi,
dan tekanan serta rasabahasa yang sering kita kenal dengan istilah konteks.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Linguistik terapan dapat juga
diterapkan ke dalam struktur bahasa Indonesia. Namun karena karakteristik bahasa
Indonesia tidak sama persis dengan bahasa-bahasa di Eropa maupun Amerika Serikat, maka tentu saja
harus dilakukan beberapa penyesuaian dengan struktur bahasa Indonesia.
Dengan mengadopsi kaidah-kaidah
linguistik terapan ke dalam bahasa Indonesia diharapkan dapat lebih berkembang
serta menyesuaikan diri dengan perkembangan bahasa-bahasa yang telah mendunia
lainnya. Bahasa Indonesia di suatu saat mudah-mudahan dapat disejajarkan dengan
berbagai bahasa dunia serta dapat pula sebagai bahasa internasional.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kelebihan dari kegiatan belajar bagian ini adalah penyajian materi dan
pembahasannya telah membuka cakrawala berpikir betapa giatnya para ahli bahasa
di Eropa dan Amerika Serikat dalam mengembangkan kebahasaan mereka. Tentunya
semoga para ahli bahasa Indonesia dapat mengikuti jejak para ahli bahasa di
Eropa dan Amerika Serikat dalam mengembangkan Bahasa Indonesia.
Kelemahan kegiatan belajar 3 ini hampir sama dengan kegiatan belajar 2,
yaitu tidak mengorek sama sekali perkembangan bahasa kita yaitu bahasa
Indonesia. Tidak jelas, apakah kita mengikuti pola perkembangan bahasa di Eropa
dan Amerika Serikat ataukah kita mempunyai pola khusus, atau bahkan barangkali
tidak berpola sehingga tidak dibahas sama sekali dalam kegiatan belajar ini.
MODUL
3
KAJIAN STRUKTUR
BAHASA : MORFOLOGI
Kegiatan belajar 1 :
KAJIAN STRUKTUR
BAHASA : MORFOLOGI
A. Ringkasan
Sebagian ahli mengartikan pembahasan morfologi
sebagai suatu kajian atas pembentukan kata (the
study of word strukture) sedangkan kajian sintaksis sebagai suatu kajian
atas peembentukan kalimat (the study of
sentence structure).
Kajian struktur morfologi bahasa
meliputi paling sedikit (1) unit bahas terkecil yang memiliki arti (morf) yang meliputi kata-kata atau yang
bukan kata, (2) morfologi. Pada tataran
ini, bahasa manusia itu ada dua bisa dilihat dari bentuknuya : bentuk yang
bebas merupakan kata-kata sederhana (kata dasar) yang dapat berdiri sendiri dan
tidak dapat di pecah lagi ke dalam unsur yang lebih kecil karena tidak memilki
arti seperti semula. Contohnya: mandi, kucing ,angin. Bentuk lebih kompleks
merupakan peerpaduan antara bentuk bebas denganbentuk bebas yang lain, atau
bentuk bebas dengan bentuk kompleks lain, baik satu atau lebih dalam satu
struktur. (3) identifikasi morfem dan alomorf . sebuah morfem terikat
kadang-kadang terbentuk satu fonem yang tidak berdiri sendiri, dua atau lebih
fonem dan hampir tidak mudah dipisahkan
dari bentubebas tempatnya menempel. (4) morfem bebas dan morfem terikat,
mofem dapat dibagi menjadi dua kelompok , pertama
dapat dilepas sendirian maupun berada dalam konteks kalimat dengan tetap
memiliki makna morfem ni disebut morfem bebas (free morfem) kedua, morfe
tidak dapat dilepas sendirian tetapi meempel pada bentuk lain baik di depan, di
dalam maupun di belakang bentuk lain . morfem ini tidak memilii arti sendiri,
apabila digabungkan dalam bentuk bebas.(5) masalah lain yang juga penting dalam
kajian morfologi adalah tentang struktur kata (word strukture) struktur terbentuk secara bertahap, mulai dari
bentuk dasar sampai tidak dapat ditambahkan lagi ke bentuk itu.(6) struktur
internal tanpa afks, meliputi antara lain jenis kata ulang (reduplikasi ) penuh
atau sebagian, bentuk atau morfem kosong (zero
morpheme) dan benuk ablaut (bentuk
trak teratur). (7) dasar kata (wokerd
–based) dalam morfologi.. kajian morfologi berpjak pada dasar kata sebagai
pegangan pokok. (8) problema penentuan morfem dalam bahasa. Problem ini terjadi
akibat adanya hal-hal di atas termasuk pinjaman dan proses panjang penggunaaan
kata dalam bahasa yang kadang-kadang terjadi perubahan, pergeseran atau variasi
bentuk, dan arti serta hilang karena tak terpakai lagi. (9) formasi kata dalam
morfologi. Kajian ini diaarahkan kepada derivasai (derivation)
pemajemukan (compounding) dan infeksi
(inflection)
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Proses pembentukan merupakan kajian yang
sangat penting. Dalam belajar bahasa seseorang diharapkan mampu memahami proses pembentukan kata, sebab dengan
memahami pembentukan kata orang tidak akan keliru dalam menentukan makna kata
dan bahasa. Dalam bahasa Indonesia kajian bembentukan kata ini juga merupakan
kajian penting dan cukup mendapat porsi. Bahkan dalam sistem pembelajaran lama
hal ini menjadi menu utama. Sistem pembentukan kata dalam bahasa Indonesia
cocok dengan kajian dalam modul ini terutama dalam kajian morfofonemik dan
pemajemukan.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kajian dalam bagian ini sudah cukup baik karena sebagian besar bahasan sama
dengan kajian dalam bahasa Indonesia. Hanya saja lebih baik contoh-contoh yang
digunakan juga menggunakan kata-kata dari bahasa Indonesia agar pembaca dapat
mengkorelasikan dengan bahasa kita.
Kegiatan belajar 2 :
DISTRIBUSI MORFOLOGI BAHASA
A. Ringkasan
Dua ciri utama (primary features)
harus kita perhatikan kalau kita menganalisis bahasa yaitu daftar data morfemik
(morphemicinventry) yang menggambarkan unsur morfem, dan
distribusinya. Pada tataran grammar, kedua hal itu selalu beriringan . kalau
kombinasi keduanya membentuk kata, maka kita mendiskripsikannya sebagai tataran
morfologis dan kalau kedua hal itu membentuk frasa maka dideskripsikan sebagai
tataran sintaksis. Pada tataran sintaksis bisa terjadi bebapa altenatif kaidah,
namun pada tataran mofologi kaidah itu sebaliknya (lebih fixed). Hal penting tentang morfem antara lain: morfem-morfem dapat
berbeda bentuk tergantung pada vocal atau konsonan yang mengikutinya, beberapa
morfem memiliki alomorf yang diawali y kalau morfem itu didahului oleh vocal, vocal
pada sufiks bergantung pada vocal yang terdapat pada stem, dan terdapat
perubahan urutan fonem (metatesis).
Tipe morfem berdasarkan distribusinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu morfem
terikat dan morfem bebas. Morfem terikat tidak daoat berdiri sendiri dalam
rangkaian wacana yang biasa. Morfem terikat meliputi prefiks , sufiks,
suprafiks, infiks, replasif, subtraktif, dan beberapa bentuk akar kata.
Sementara itu morfem bebas dapat berdiri sendiri. Tipe morfem yang lain dalam
bahasan ini adalahakar dan non aka, akar dan stem, nuklei dan nonnuklei, nuklir
dan periferal, morfem yang sama dan berbeda urutan, morfem saling meniadakan, morfem
saling membutuhkan, morfem wajib hadir dan tidak, morfem tertutup dan terbuka.
Penggabungan morfem dipengaruhi oleh unsur urutan dan jungtur,. Jungtur
adalah transisi arus ujar antar morfem berciri fonemik dan struktural.jungtur
terbuka terdapat pada antar kata atau morfem, sedangkan yang tertutup terdapat
di dalam sebuah kata atau morfem yang membedakan arti. Jungtur menurut
strukturnya terbagi atas: (1) yang jelas (over)
dalam struktur morfologis (nd dalam sandy) (2) yang kabur (cover) dalam kalimat.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
IndonesiA
Dalam berbahasa perlu diperkenalkan morfem karena pemahaman tentang morfem
beserta distribusinya diperlukan dalam rangka memahami distribusi bahasa secara
keseluruhan sebagai bagian dari analisis bahasa. Bahasan dalam bagian ini
sangat cocok dengan kajian dalam bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga
mengenal morfem bebas dan morfem terikat serta proses penggabungan morfem.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Dalam kegiatan belajar bahasa khususnya distribusi bahasa di atas terlalu
banyak contoh dari bahasa Inggris. Hal ini sedikit menyulitkan karena objek
bahasan kita sebenarnya bahasa Indonesia. Sebaiknya diberi contoh-contoh dalam
bahasa Indonesia agar penerapannya dalam pembelajaran menjadi lebih mudah.
Kegiatan belajar 3 :
LEKSIKAL DALAM MORFOLOGI DAN SEMANTIK
A. Ringkasan
Kajian leksikal membahas hubungan antara tatabahasa
dengan makna. Bagian ini menjelaskan tentang entri leksikal, leksem majemuk,
dan homonim dan polisemi.
Entri leksikal adalah kamus yang ditulis secara ortografis dan disusun
secara alphabet. Kamus merupakan teknik konvensional yang sebenarnya mempunyai
kelemahan namun tetap digunakan. Ada tiga informasi yang dijumpai pada kamus
konvensional, yaitu morfologis, sintaksis, dan semantik. Dalam penyusunan kamus
ada empat hal yang diisikan, yaitu stem, klas infleksional, cakupan sintaksis,
dan spesifikasi semantik. Untuk bahasa-bahasa yang tidak mengenal infleksi maka
unsur klas infleksional dihilangkan. Hubungan stem dan spesifikasi semantik
adalah hubungan leksem dengan artinya yang biasanya bersifat arbitrer..
Hubungan stem dan sintaksis sama dengan hubungan stem dan infleksi yang
menerangkan kelas kata yang berbeda ditinjau dari segi fonologisnya.
Leksem majemuk adalah bentuk baru yang merupakan gabungan dua stem atau
lebih baik melalui modifikasi morfologis maupun tidak. Ada dua macam leksem
majemuk, yaitu yang bersifat endosentris dan yang sifat pembentukannya tidak
teratur. Yang bersifat endosentris pembentukannya teratur sesuai aturan bahasa
yang bersangkutan. Contoh motor car,
tooth-pick, yang pembentukannya masih bisa ditelusuri. Sedangkan yang
pembentukannya tidak teratur meliputi leksem majemuk metafora dan metonimia.
Contoh bentuk yang tidak teratur adalah wet
blanket (pemalas), live wire
(orang rajin), red cap (polisi
militer-Ing), dan lain-lain.
Homonim dan polisemi sering menimbulkan kerancauan. Satu bentuk kadang
membingungkan apakah termasuk homonim atau polisemi. Para ahli bahasa pada
mulanya mengatasi kerancauan ini dengan melihat etimologi bentuk tersebut. Akan
tetapi cara ini tidak selalu menyelesaikan masalah karena ternyata banyak
bentuk yang tidak jelas asal usul katanya. Cara lain yang dianggap lebih dapat
menyelesaikan masalah adalah mengembangkan setiap bentuk homonim dan polisemi
sampai ke batas tertentu sehingga dijumpai makna yang jauh berbeda antara keduanya.
Pembuktian singkatnya, polisemi merupakan satu bentuk
dasar sedangkan homonim merupakan dua bentuk yang mempunyai kesamaan dalam hal
tertentu. Contoh bentuk bisa berarti dapat dan bisa berarti racun.
Bentuk bisa berarti homonim karena
merupakan dua bentuk yang kebetulan sama. Kepala
keluarga dan kepala kantor merupakan
bentuk polisemi karena bentuk kepala pada
dasarnya satu, yaitu bagian yang ada di atas.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Dalam bahasa Indonesia ketiga hal bahasan ini, entri
leksikal, leksem majemuk, dan homonim dan polisemi, juga termasuk dalam bagian
konsep pembelajaran. Artinya ketiga hal itu perlu dipelajari oleh seseorang
yang belajar bahasa Indonesia. Entri leksikal masuk dalam ranah pembelajaran membaca
kamus. Kamus bahasa Indonesia juga memuat tiga informasi yaitu morfologis
(bentuk kata, penyukuan), sintaksis (contoh dalam konteks kalimat yang
diperlukan), dan semantik (makna kata).
Leksem
majemuk juga terdapat dalam bahasa Indonesia dan diterapkan dalam pembelajaran.
Leksem majemuk merupakan konsep penting dalam bahasa karena bila tidak dipahami akan menimbulkan kesalahan
penafsiran makna. Konsep homonim lebih banyak dipelajari dalam bahasa Indonesia
bila dibandingkan dengan polisemi. Hal ini terjadi karena penerapan polisemi
bisanya tidak bermasalah karena berasal dari satu bentuk yang masih
mempertahankan makna dasarnya, sedangkan homonim merupakan dua bentuknyang
kadang salah penafsiran maknanya.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Bahasan
mengenai entri leksikal, leksem majemuk, dan homonim dan polisemi memang sangat
diperlukan, namun dalam pembahasannya masih terdapat kelemahan. Kelemahan pertama, kajian ketiga hal itu
masih berpusat pada kajian morfologi, terbatas pada kajian kata, sedangkan
kajian sintaksisnya kurang. Sebaiknya setiap contoh kajian diterapkan dalam
kalimat sehingga jelas struktur dan maknanya. Kelemahan kedua, contoh yang digunakan semua dari bahasa Inggris
padahal ketiga konsep tersebut dapat menggunakan contoh bahasa Indonesia sehingga
pembaca akan lebih mudah memahaminya.
MODUL
4
KAJIAN STRUKTUR
BAHASA :SINTAKSIS
Kegiatan belajar 1 :
PENERAPAN MODEL WARRINERS PADA BENTUK REDUNDAN DAN
SALINAN BAWAAN BAHASA : STUDI KASUS BAHASA BIMA DAN BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Redundan sering
digunakan pada fonologi atau fonetik. Menurut Sloat, Taylor dan Hoard ada 16
ciri pembeda yang dapat muncul pada bunyi bahasa manusia, yaitu consonantal,
sonoral, silabik, tinggi, rendah, belakang, bundar, obstruent (terhambat),
strident intensitas dan frekuensi tinggi (nyaring), terbagi, nasal, literal,
bersuara, tens maskuler (kuat), coronal daun lidah, dan interior rongga
belakang.
Pada dasarnya hanya ada
tiga kelas utama : (1) consonantal,
yaitu ciri yang dihasilkan oleh kerjasama antara daerah artikulasi dan titik
artikulator yang menghasilkan konsonan murni (stop, frikatif, nasal, lateral,
dan tril); (2) soronant, yaitu ciri
yang terjadi karena bergetar selaput suara yang menghasilkan semua vokal dan
sebagian konsonan seperti glide, nasal, lateral; dan (3) syllabic yaitu ciri yang dapat mendominasi silabi (umumnya vokal).
Redundan
dan Salinan Bawaan Bahasa
Perhatikan beberapa contoh kalimat BB berikut ini:
Kalimat
BB Arti
Sebenarnya
Doho! Duduk!
Ede, nambotuku masala taake Aduh, banyak
masalah di sini
Helima ededu ana dou malonga Halima adalah anak
yang pintar
Untuk arti BB diawali
dengan urutan subjek, padahal menurut konstruksinya unsur subjek terletak di
akhir kalimat. BB di samping didukung unsur-unsur fungsional utama yang
dituntut oleh satuan gramatikal (SPOK).
Analisis
Kalimat Model Warriner
Model Warriner menurut negaranya termasuk aliran struktural
Amerika, namun dalam beberapa hal termasuk model campuran tradisional dan
struktural. Ciri-ciri aliran ini adalah :
(1)
sebuah kalimat diibaratkan sebagai garis lurus atau
datar dengan dengan sisi utama yaitu sisi atas dan sisi bawah.
(2)
unsur utama sebuah kalimat adalah S, P.
(3) penggalan sisi atas
tegak lurus dengan garis datar dengan unsur utama S, P dan O sedangkan K dengan
garis miring.
(4) penggalan untuk sisi
bawah pada umumnya dengan garis miring dan dimulai dengan garis datar.
(5) garis lurus/datar diisi
dengan kata benda dan kata kerja, sedangkan jenis kata lain mengisi garis
miring.
Analisis model Warrines
menggunakan kalimat dalam bahasa Inggris, contoh:
He paid me two dollars
Hilda is popular
They sell bicycles and sleds
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Redundan dan Salinan
Bawaan Bahasa bahasa Bima dan bahasa Indonesia hampir sama atau mirip. Kedua
bahasa tersebut didukung unsur-unsur fungsional utama yang dituntut oleh satuan
gramatikal (SPOK).
C. Kelemahan atau Kelebihan
Bahan kajian yang
digunakan adalah terlalu terfokus pada bahasa Bima dan bahasa Inggris. Hal ini
kurang tepat, karena struktur bahasa yang mestinya menjadi fokus bahasan adalah
bahasa Indonesia. Alangkah baiknya kalau kajian difokuskan pada analisis
struktur bahasa Indoesia.
Kegiatan belajar 2 :
PENERAPAN MODEL KAJIAN SINTAKSIS MONTAGUE
A. Ringkasan
Bagi Montague, penetapan
kaidah bahasa melalui sebuah kalimat sudah cukup. Logikanya, setiap kalimat
mengandung suatu logika. Logika inilah dasar analisis sintaksis Montague yang
semula banyak dipengaruhi matematika. Akhirnya konstruksi fragmen ini diakui
sebagai suatu sumbangan positif dalam analisis dan penelitian kalimat. Berikut
ini beberapa konsep dasar dari kajian sintaksis Montague.
·
Bentukan Rekursif mempunyai tiga komponen yaitu sebuah
dasar, sebuah klausa rekursif, dan sebuah klausa eksklusi.
·
Definisi rekursif memperhatikan keseluruhan anggota
kelompok yang terdapat di dalam klausa
rekusif dengan ciri-cirinya.
·
Semua yang terdapat di dalam sebuah set adalah hanya
bagian dari set itu sendiri. Ini berarti sifat kaidahnya adalah intrinsik, atau
tidak bersifat kaidah ekstrisik.
·
Dua atau lebih strata yang terdapat dalam kalimat menurut
tata bahasa transformasi ternyata tidak dijumpai dalam pembahasan kalimat
Montague, sekalipun model ini dapat digambarkan secara analisis pohon. Pada
dasarnya model ini mirip dengan analisis pohon struktur frasa, kecuali ekspresi
kompleks yang dipaaparkan dalam bentuk tanda dan singkatan.
·
Teori Montague sangat memperhatikan pentingnya semantik.
Di dalam frasa nominal baik yang menyangkut nama diri, maupun penandanya
sebagai suatu set pemilikan. Ia berpendapat bahwa setiap bahasa memiliki frasa
nominal dengan segala kelengkapannya.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Kajian sintaksis Montague sebenarnya
juga dapat ditemui dalam kajian bahasa Indonesia. Dalam análisis pohon struktur
frasa, misalnya, dapat diiterapkan dalam bahasa Indonesia. Frasa dan kalimat
dalam bahasa Indonesia dapat diselidiki asal-usul pembentuk strukturnya dengan
teknik pohon tersebut.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kajian pada bagian
ini memiliki kelebihan pada penjabaran contoh yang sangat teliti. Hanya saja
penjabaran contoh tersebut lebih menekankan pada terapan pada bahasa Inggris.
Terjemahan yang ada di bawah contoh hanya untuk mengartikan saja karena esensi
kaidah terletak pada contoh yang ada di bahasa Inggris terbut.
Kegiatan belajar 3 :
ANALISIS KALIMAT MODEL TATABAHASA KASUS
A. Ringkasan
Konsep-konsep dasar analisis
kalimat model tatabahasa Kasus:
1. Dasar pemikiran TBK adalah logika simbolisme modern yaitu
kalimat diuraikan atas unsur predikat dan argumen .
2. Peranan verba adalah sentral, dan setiap verba
diklasifikasi berdasarkan argumennya .
3. Argumen-argumen tersebut agaknya mirip dengan valensi yang dalam pengertian verba menduduki sebuah
posisi, dua buah posisi atau tiga buah posisi.
4. Fillmore menamakan
argument yang menyertai verba itu dengan peran semantis
5. Struktur batin TBK lebih
mendekati struktur batin semantil generatifnya Mc Cowley dari Chomsky
6. Nomina yang sama
berfungsi sama pada beberapa kalimat lain menurut tatabahasa tradidional,
misalnya sebagai subjek. Namun perannya bisa berbeda-beda (agentif, penderita,
benefaktif, dan lain-lain) menurut TBK
7. Rumus dasar sebuah kalimat adalah :
Sentence : ----------------->
Modelity + Proposition (S → M + P)
8. Kasus adalah hubungan sintaksis – semantik sebagai konsep
bawaan/universal yang berkaitan dengan siapa berbuat apa kepada siapa dalam
kalimat
9. Pada dasarnya setiap
kasus ditandai oleh kata-kata tugas tertentu kecuali kasus ergatif, objektif,
dan faktif.
10. Nama dan makna kasus:
a. Agentif (khusus untuk mahluk hidup yang dapat bertindak)
b. Benetaktif (khusus untuk
mahluk hidup yang menerima keuntungan)
c.
Komitatif (bagi frasa nomina yang berkaitan dengan nomina
lainnya)
d.
Datif (untuk mahluk hidup yang dipengaruhi
keadaan/tindakan yang diperkenalkan oleh verba)
e. Faktitif (akibat verba)
f. Obyekti (paling netral)
g.
Ergatif (kausatif dalam sebuah kalimat)
h.
Instrimental (tak bernyawa tetapi telibat)
i. Lokatif (tempat/lokasi)
- Kemungkinan kasus bergabung dengan verba tertentu dijabarkan dalam rangka kasus ada yang wajib ada yang opsional
- Dalam keadaan normal, kemungkinan penetapan subjek itu berjenjang sifatnya. Untuk kalimat normal (aktif) yaitu kalau ada A sebagai subjek; kalau tidak ada A maka I atau O sebagai subjek. Penetapan sebjek tidak normal berlaku untuk kalimat pasif
- Kasus yang ditetapkan sebagai subjek harus ditarik ke depan terlepas dari P dan akhirnya berada langsung di bawah S
- Hubungan kasus dalam kalimat termanifestasi dalam frasa nomina. Di dalamnya tercakup antara afiks , partikel, seperti to dan by
- Dalam sebuah kalimat, paling sedikit terdapat sebuah kasus
- Peran-peran berhunungan dengan kasus-kasus tertentu yang dituntut oleh verba
- Modalitas meliputi kata-kata yang berhubungan dengan kala, negasi, modus dan aspek
- Struktur dasar : fenomena dalam struktur dasar kalimat yaitu suatu verba + satu/lebih frasa noina dengan kasusnya masing-masing
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Walaupun uraian-uraian kalimat secara TBK di atas
dapat dilakukan pada berbagai variasi stuktur bahasa Inggris, namun beberapa
hal masih dipersoalkan terutama yang menyangkut kasus B dan I. Masalah ini
menjadi rumit kalau dikaitkan dengan bahasa Indonesia ( BI ). Karena
adanya perbedaan ciri kasus B dengan bahasa Inggris, terutama bagi verba
beragumen dua atau lebih. Kasus B dalam bahasa Indonesia memperlihatkan faktor
sintaksis secara kuat yaitu dengan menggunakan sufik pada verba (-kan) yang
justru tidak ada pada contoh bahasa Inggris, sedangkan bahasa Inggris
menggunakan preposisi.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Tidak semua kalimat bahasa indonesia dapat dianalisis dengan TBK karena
salah satu prinsip dasar dalam TBK mengatakan bahwa verba itu inti kalimat.
Sedangkan tipe kalimat nominal itu merupakan salah satu ciri spesifik Bahasa
Indonesia.
MODUL
5
SEMANTIK DAN STRUKTUR
BAHASA
Kegiatan belajar 1 :
KAJIAN SEMANTIK DAN STRUKTUR BAHASA
A. Ringkasan
Cabang linguistik yang lama
menjadi perdebatan adalah semantik. Semantik ialah cabang ilmu linguistik yang
menyelidiki arti kata, perubahan arti kata dan nilai perasaan yang menyertai
arti kata itu dalam suatu bahasa. Berdasarkan definisi tersebut, maka kajian semantik
adalah mengenai arti kata, perubahan arti (semantic
change) dan konotasi (connotation).
Menurut Anwar, perkembangan semantik timbul hampir bersamaan dengan ilmu
linguistik pada zaman Yunani kuno, termasuk dalam ilmu filologi. Balzac (1825)
tertarik pada hasil karya Reisig dalam buku yang berjudul Semasiology (The Studi of Meaning), dikemukakan tiga unsur penting
dalam grammar ialah semasiologi,
etimologi, dan sintaksis.
Morris, dalam buku Sign Language, and
Behavior terbit tahun 1946, membagi semantik menjadi tiga cabang
pengetahuan yang berdiri sendiri yaitu Semantics
yang menyelidiki tanda-tanda dengan objek-objek, Pragmatics yang menyelidiki khusus hubungan antara tanda-tanda
dengan pembuat dan pemakai, dan Syntactics
yang menyelidiki mengenai hubungan antara sesama tanda-tanda itu sendiri.
Dalam kajian semantik arti kata dibagi menjadi dua yaitu arti inti dan arti tambahan. Arti inti adalah arti kata
yang tidak dapat diterangkan dan diinterpretasikan lain selain dari
kenyataannya. Contoh : Benda itu baja
namanya; Ibu saya sudah meninggal. Arti tambahan (Marginal Meaning) adalah arti-arti lain dari sebuah kata/leksem
selain dari arti inti. Contoh : Benda ini baja namanya (arti inti); Ia
bersemangat baja (arti tambahan).
Dalam semantik dikenal dengan adanya monsep perubahan arti, yaitu tentang
pergeseran arti dan perluasan dan penyempitan arti. Pergeseran arti adalah
arti-arti kata yang bergeser dari arti inti, sehingga tidak diketahui lagi
hubungannya dengan arti inti tersebut. Sedangkan perkisaran ialah arti-arti yang berubah dari
arti inti tetapi masih mempunyai hubungan dengan arti inti.
Kata yang mengalami perubahan arti dari arti khusus untuk sesuatu yang
lebih sempit atau yang lebih kecil lingkupnya kemudian berubah menjadi luas,
dinamakan perluasan arti. Contoh : Silakan makan walaupun tidak ada ikan (ikan
ada dan teman-teman nasi yang lainnya juga ada). Disamping kata-kata mengalami
perluasan arti, terdapat pula sebaliknya kata-kata mengalami penyempitan arti.
Misalnya kata susah, kemudian menyempit artinya menjadi miskin. Contoh : Jangan
peristri kami orang susah.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Meskipun kehadiran
semantik ini diperebatkan, teori semantik sangat dibutuhkan, dalam rangka
membentuk suatu situasi komunikasi yang harmonis antara penyampai dan penerima.
Ketika
kita berkomunikasi dengan orang lain tanpa mengetahui makna suatu kata dalam
suatu situasi dan kondisi tertentu, maka dapat menimbulkan hubungan antar
perseorangan itu kurang baik. Karena orang lain yang menerima apa yang kita
sampaikan tersebut dapat memaknai lain. Sehingga seorang pembicara harus tahu
arti suatu kata, termasuk nilai rasanya pada suatu situasi kondisi dalam
berkomunikasi. Dalam bahasa Indonesia telaah semantik seperti pada bagian ini
sangat diperlukan.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Permasalahan yang disampaikan
tentang semantik pada kegiatan pembelajaran ini, sangat jelas dan mudah
dipahami tentang maksud, sejarah, jenis arti dan perubahan arti yang dikaji
oleh teori semantik. Pembaca sangat mudah mencerna isi dalam pembahasan tentang
semantik, namun demikian akan lebih menarik lagi apabila contoh-contoh yang
disajikan khusus menggunakan materi dari bahasa Indonsia. Karena pada judul buku sangat jelas tentang Struktur
Bahasa Indonesia.
Kegiatan belajar 2 :
KAJIAN SEMANTIK DAN STRUKTUR BAHASA (LANJUTAN)
A. Isi Ringkasan
Paling tidak ada dua cara
pembentukan kalimat dalam bahasa, yaitu dengan menderetkan kata-kata sehingga
membentuk satu pengertian lengkap dan dengan menggunakan afiks dan partikel
dalam deretan kata, sehingga dengan perubahan itu terjadi perubahan makna dalam
kalimat.
Tipe dan aplikasi dalam bentuk
ungkapan menurut Anwar (1967) meliputi metafora, metonimi, sinekdote, hiperbola
dan litotes. Metafora artinya perasaan yang bersamaan atau ungkapan yang
menggunakan arti kiasan kata, contoh : membanting tulang, raja siang,dll.
Metonimi ialah penggunaan suatu nama yang dihubungkan dengan benda lain melalui
cara logika, contoh : pisang Ambon.Sinekdote, ungkapan yang menyatakan sebagian
untuk seluruhnya atau seluruhnya aun tuk sebagian. Contoh UMP menjadi jawara,
Hiperbola, artinya ungkapan keras atau kuat tetapi artinya lemah, contoh : Ia
berjuang sampai titik darah penghabisan.
Tipe dan aplikasi bentuk kata
membentuk frase dan kata majemuk karena keduanya memiliki pembeda. Frase tidak
membentuk arti baru sedangkan kata majemuk membentuk arti baru.
Tipe dan aplikasi dalam bentuk afiks
dan partikel pada suatu bentuk kata dasar itu karena menimbulkan perubahan arti
setelah afiks atau partikel menempel pada kata dasar itu karena kedua
konstituen itu tidak berdiri sendiri
Konotasi ialah nilai-nilai perasaan
yang mengiringi arti kata, frase, dan kalimat. Konotasi tinggi terdapat pada
masyarakat pemakai bahasa yang kurang berpendidikan resmi di sekolah. Konotasi
ramah mengandung perasaan ramah. Konotasi pengharapan menggunakan kata-kata
semoga, kiranya, mudah-mudahan, dan lain lain. Konotasi penghormatan
menggunakan kata sapaan seperti Bapak Presiden, Ibu Guru, dan lain-lain.
Konotasi biasa ialah perasaan yang menyertai arti kata yang digunakan dalam
percakapan, dirasakan seperti biasa, tidak menimbulkan marah, benci, susah,dll.
Konotasi berbahaya (tabu), kata yang dianggap tabu tidak diucapkan. Konotasi
tak pantas, tak enak / kasar, biasanya muncul bersamaan menggunakan kata-kata
untuk caci maki, ejekan, dll. Konotasi keras muncul dalam bentuk sindiran tajam
terhadap seseorang akibat perilakunya yang tidak baik dipandang oleh masyarakat
banyak. Konotasi nihil, konotasi hilang, nilai kata bentukan omong kosong,
konotasi yang menghilang karena perubahan zaman. Konotasi kekanak-kanakan
dijumpai pada arti kata yang diucapkan anak-anak tapi ikut diucapkan oleh
orangtuanya.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Bahasan sintaksis mengenai tipe dan aplikasi kalimat ini dapat diterapkan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama jika kita membahas masalah kata
dasar dan kata berimbuhan, atau pada pembelajaran tentang afiksasi. Tipe dan
aplikasi bentuk kata dalam pembelajaran bisa dilakukan dalam bentuk permainan
teka-teki yang mengarah pada penentuan satu kata yang tepat, sinonim dari kata
tertentu, dan menebak kata yang telah dideskripsikan.
Tipe dan aplikasi dalam bentuk afiks dan partikel bisa diterapkan dalam
pembelajaran di sekolah terutama jika
membahas masalah bentuk dan makna afiks dan partikel.
Tipe dan aplikasi konotasi berkaitan erat dengan kosakata dan gaya bahasa.
Pembelajaran yang menyangkut masalah ini diberikan di tingkat SD sampai
perguruan tinggi.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Pada bagian ini terdapat beberapa kesalahan penggunaan kata dalam bahasa
Indonesia. Beberapa kata daripada
tidak tepat penggunaannya. Misal dalam contoh kalimat berikut: Penggunaan
kata-kata tertentu dalam percakapan dengan maksud hanya memberitahukan atau
menceritakan saja arti daripada kata
itu, akan mengalami perubahan arti jika isi dipergunakan lain daripada pemberitaan tersebut (hal.262).
Kata daripada lebih baik diganti dari.
Kegiatan belajar 3 :
TEORI SEMANTIK GENERATIF: TELAAH APLIKATIF PADA BAHASA
INDONESIA DAN BAHASA BIMA
A. Ringkasan
Teori Semantik Generatif pada
dasarnya dapat diterapkan pada bahasa Indonesia dan bahasa Bima dan bermanfaat, walaupun
dalam beberapa hal diperlukan modifikasi. Modifikasi yang ditemui ada yang
berupa penambahan, perubahan, maupun pengurangan. Konsep disesuaikan dengan
pembawaan dan ciri-ciri spesifik Bahasa Indonesia maupun Bahasa Bima.
Teori Semantik Generatif dungkapkan
berdasarkan konstruksi sintaksis bahasa Inggris yang bersifat fleksi sedangkan bahasa
Indonesia dan bahasa Bima bersifat aglutinatif. Jasa aliran struktural adalah
mengangkat derajat ilmu bahasa, mengubah objek penelitian dari naskah kuno ke
bahasa lisan (primer), mengubah pandangan dari sentral dan superior Yunani ke
setiap bahasa, serta mendorong munculnya aliran berikutnya seperti Tatabahasa
Transformasi Generatif, Tagmetik, Tatabahasa kasus, dan lain-lain. Kajian utama
aliran struktural adalah struktur bahasa.
Pembahasan semantik harus dikaitkan
dengan indikasi relasi (indexing) dalam sintaksis. Pengertian semantik tidak
sama dengan konstituen m + n dan tidak sama dengan arti kata pada entri
leksikon. Semantik generatif hanya sampai pada diagram inti ditambah kesatuan
ikatan.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Seluruh perkembangan bahasa di dunia harus kita cermati. Bila perkembangan
itu menguntungkan tidak ada salahnya diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia.
Salah satu contoh dalam hal ini adalah munculnya Teori Semantik Generatif yang asalnya
merupakan kajian dalam bahasa Inggris. Sehubungan dengan kemungkinan penerapan
dalam bahasa Indonesia, maka sikap kita adalah menerima dengan modifikasi
seperlunya.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Telaah TST dalam bahasan ini
membandingkan penggunaan bahasa Bima, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
Mengapa bahasa daerah yang dipilih harus bahasa Bima? Alangkah baiknya jika
dalam telaah aplikatif tidak hanya bahasa Indonesia dan bahasa Bima saja tapi
ditambah dengan bahasa Jawa sehingga contoh kalimat juga selalu menambahkan
satu bahasa Jawa sebab bahasa Jawa banyak digunakan oleh masyarakat Inonesia.
MODUL
6
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA : MORFOLOGI
Kegiatan belajar 1 :
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Distribusi
terbuka dan tertutup
Contoh :
morfem dasar /besar/ + per- menjadi perbesar
ditambah
prefiks di- menjadi diperbesar
ditambah
enklitika /lah/ menjadi diperbesarlah distribusi terbuka
Setelah /diperbesarlah/
menjadi distribusi tertutup karena sudah tidak lagi menambah unsur baik di
depan maupun di belakang.
Proses Morfologi
Morfologis ialah proses pembentukan kata
yaitu bagaimana kata-kata dibentuk dengan menghubungkan morfem yang satu dengan
morfem yang lainnya. Proses morfologis terbagi:
Afiksasi
(Pengimbuhan)
Afiksasi atau pengimbuhan ialah
pembentukan kata dengan membubuhkan afiks pada morfem dasar bebas maupun morfem dasar terikat (pangkal).
Prefiks
Prefiks yang digunakan dalam verba :
me(N), ber-, di-, ter-, per-.
Prefiks yang digunakan dalam
nomina : pe (N) dan ke-
a. Prefiks
me(N)
-
Digunakan pada verba transitif dan
intransitif.
-
Prefiks me(N) memiliki alomorf /me-,mem-,
men-, meng-, meny-,menge-/.
-
Alomorf me- muncul bila fonem awal kata dasar
yang dilekati /l,r,w,y,m,n,ng,ny/
b. Prefiks
di-
-
Digunakan pada kata-kata bentuk pasif sebagai
“lawan” bentuk aktif dengan me(N).
-
Prefiks di- digunakan pada verba dengan
pelaku orang ketiga (dia,mereka).
-
Bila pelaku orang I dan II bentuk verba ialah
bentuk persona yaitu persona mendahului verba dasar. Contoh : kamu ambil , kami
ambil. Dapat juga dalam bentuk padu dengan proklitik ku- dan kau- : kuambil,
kauambil.
c. Prefiks
ber-
-
Dilekatkan pada verba transitif baik yang diikuti nomina sebagai pelengkap
maupun tidak.
-
Mengenal 3 alomorf yaitu ber-, be- dan be-.
Alomorf diletakkan pada kata dasar dengan fonem /r/ atau pada kata dasar yang
suku pertamanya berakhir /er/.Contoh : be-rasa, be-rupa dll.
-
Alomorf /bel-/ hanya muncul pada kata dasar
ajar : bel-ajar
-
Prefiks ber- berbentuk intransitif tetapi ada juga /ber-/ yang menyatakan pasif
seperti berterima, berjawab, berturut. Juga dapat menyatakan aktif dan pasif
sekaligus bila pekerjaanya dilakukan sendiri contoh : berdandan, bercukur,
berhias.
d. Prefiks
ter-
-
Selain menyatakan pasif juga memiliki makna
bahwa perbuatan/pekerjaan sudah ‘selesai’ dikerjakan.
-
Memiliki makna grammatical ‘tidak sengaja dilakukan’,
‘dengan tiba-tiba ada dalam keadaan itu’, berarti juga ‘ dapat melaksanakan
pekerjaan itu’.
-
Verba berawalan ter- yang diikuti oleh pelaku
perbuatan harus menggunakan preposisi oleh sebagai penghubung verba dengan
pelakunya.
e. Prefiks
pe(N)
-
Pembentuk nomina dengan makna grammatical
‘pelaku pekerjaan’.
-
Memiliki alomorf pe-, pem, pen-, peng-, peny
dan peng
-
Prefiks pe(N) yang berkata dasar adjektiva
juga mengandung makna ‘orang bersifat seperti yang disebut oleh kata dasar itu’
f. Prefiks
per-
-
Prefiks pembentuk imperatif juga berfungsi mengubah kategori kata dari
adjektiva menjadi verba
g. Prefiks
ke-
-
Membentuk nomina/kata benda
h. Prefiks
se-
-
Sebenarnya bukan afiks tetapi kata sebab.
Contoh penggunaan prefiks se- dan arti gramatikalnya :
§ Jam
tanganku hanya sebuah (satu)
§ Kami
sekampung menderita karena banjir
(seluruh isi)
§ Mobil
kami berangkat sejalan dengan bus itu
(sama-sama)
§ Belut
itu selengan besarnya (sama dengan)
§ Setiba kami di rumah,
hujan turun (sama waktunya)
§ Ambillah
kolak itu semaumu (seberapa, sebanyak)
Infiks
atau Sisipan
a. Hanya
ada 3 yaitu –el, -em dan –er. Infiks ini
sangat tidak produktif karena hampir
tidak ada kata baru yang terbentuk.
b. Infiks
tidak mengandung makna grammatikal, lebih
pada fungsi derivasi, contoh: tunjuk (verba)-telunjuk (nomina).
c. Ada
juga berfungsi seolah-olah hanya memperindah bentuk seperti cerita-ceritera.
Tidak terjadi perubahan arti maupun peralihan kategori.
B.
Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Telaah morfologi membahas
proses pembentukan kata yaitu dengan menghubungkan morfem satu dengan lainnya.
Adapun proses tersebut dapat melalui afiksasi (imbuhan) yang meliputi prefiks,
infiks, sufiks, dan konfiks. Prefiks (awalan ) dalam proses morfologi sangat
penting artinya untuk membentuk kata-kata pada verba transitif dan intransitif
serta kata nomina. Infiks dalam bahasa Indonesia kurang produktif karena hampir
tidak ada kata-kata baru yang dibentuk oleh infiks tersebut. Sufiks atau
imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat untuk membentuk verba imperatif dan verba
aktif intransitif. Namun secara keseluruhan terdapat kesamaan konsep dalam
bahasan ini dengan konsep morfologis dalam bahasa Indonesia.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Telaah pada bagian
ini sebenarnya sangat bermanfaat namun kadang dianggap sebagai bagian
linguistik yang paling rumit. Pembahasan mengenai proses pembentukan
(morfologis) juga dominan mewarnai bahasan pada bahasa Indonesia. Bagian ini
sangat baik karena uraian dan contohnya menggunakan kata-kata dalam bahasa
Indonesia. Akan lebih bagus lagi bila contoh kata dalam proses morfologis
diaplikasikan ke dalam kalimat agar pemahaman makna kata menjadi lengkap.
Kegiatan belajar 2 :
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Sufiks –kan dan –i
Persamaan: 1)
sama-sama membentuk verba imperative dan 2) dapat membuat verba aktif
intransitive berprefiks me(N)- menjadi verba transitif.
Sufiks –an
Sufiks yang
mencirikan nomina, artinya pada umumnya kata-kata yang bersufiks –an adalah
kata nama (nomina). Verba dan adjektiva yang diberi sufiks –an akan berubah
nomina.
Sufiks –wan/-wati dan –man
Diserap dari bahasa
Sanskerta. Makna grammatikalnya : memiliki apa yang disebut kata dasarnya,
contoh hartawan, bangsawan dll. Atau melakukan apa yang disebut kata dasarnya
seperti olahragawan, usahawan dll. Sufiks –man alomorf dari bentuk –wan.
Kosakata yang bervokal akhir /i/ tidak diberi sufiks –wan melainkan –man
seperti budiman. Sufiks –wati adalah sufiks yang dipakai menunjuk wanita.
Sufiks asing yang lain
Pada umumnya sufiks
asing belum terlepas dari bahasa asalnya, artinya sufiks-sufiks itu belum
dipakai untuk membentuk kata baru dengan morfen dari bahasa lain entah bahasa
Indonesia maupun bahasa daerah. Contoh : -asi, -isasi, atau –isme.
Konfiks
Konfiks adalah afiks
yang terdiri dari dua bagian yang terpisah, tetapi merupakan satu morfem. Kata
dasar diletakkan di antaranya sehingga konfiks mengapit kata dasar tsb. Macam-
macam konfiks dalam bahasa Indonesia
: ke-an, pe(N)-an , per-an dan ber-an.
Afiks Gabung
Afiks gabung adalah
satu, dua atau tiga afiks yang digunakan sekaligus pada satu bentukan kata.
Masing-masing afiks mempunyai morfem
sendiri.
Reduplikasi
Reduplikasi atau kata
ulang ialah perulangan baik perulangan morfem dasar secara utuh atau sebagian
saja, maupun dengan atau imbuhan sekaligus.
1) Perulangan utuh, yaitu perulangan yang unsur-unsurnya
mengalami perulangan seluruhnya baik kata dasar morfem sederhana maupun kata
turunan.
Contoh : perulangan morfem dasar orang-orang, rumah-rumah
Perulangan kata turunan kesatuan-kesatuan,
penilaian-penilaian
2) Perulangan tidak utuh, yaitu bentuk yang tidak seluruh
unsurnya berulang baik morfem dasar sederhana maupun kata turunan. Ada perulangan bagian
awal morfem, ada bagian tengahnya ,ada juga bagian akhirnya.
Contoh : konstituen pertama bermain ___ bermain-main
perulangan suku pertama dengan perubahan
fonem lelaki ____laki-laki
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Sufiks atau imbuhan dalam Bahasa Indonesia dapat untuk
membentuk verba imperatif dan verba aktif intransitif. Sufiks –an akan sangat
berpengaruh pada pembentukan kata dari verba dan adjektiva menjadi kata nomina
sedangankan sufiks –wan/-wati dan –man membentuk apa yang disebut kata dasarnya.
Konfiks merupakan satu morfem dan apabila membentuk kata maka arti / makna
gramatikal dari kata tersebut yaitu lebih dari satu
Reduplikasi atau kata ulang dapat berupa perulangan utuh
maupun tidak utuh secara gramatikan bila dipakai pada bahasa Indonesia maka
mempunyai arti “jamak”. Bahasan mengenai afiks dan kata ulang ini merupakan
konsep dasar dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian terdapat kesamaan konsep.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Pada kegiatan belajar 2 yang membahas sufiks, konfiks, dan reduplikasi
sangat membantu dalam memahami pembentukan kata verba, bentuk nomina maupun
bentuk “jamak” dengan demikian tidak ada kelemahan dalam pembahasan. Semua
telaah sangat cocok dengan bahasan pada bahasa Indonesia.
Kegiatan belajar 3 :
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Beberapa konsep morfologi dijelaskan pada bagian ini, antara
lain:
·
Perulangan dengan perubahan vokal/konsonan, yang
berulang dapat akar dapat pula pangkal.
·
Modifikasi intern,
perubahan intern karena yang berubah adalah bagian dalam morfem.
·
Suplisi, perubahan
bentuk yang menunjukkan bentuk yang sama sekali baru dibandingkan dengan bentuk
morfem asalnya.
·
Modifikasi tanujud, zero,
suatu bentuk perubahan yang tidak terlihat pada wujud lahiriahnya, tetapi
terlihat pada konsepnya.
·
Konstruksi kompleks, konstruksi
kompleks merupakan gabungan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Yang
digabung akar dengan afiks seperti ber+ pagar, dapat pula pangkal dengan afiks
ber +juang atau pangkal dengan pangkal seperti daya + juang. Konstruksi itu
tersusun dengan teratur satu sesudah yang lain, tidak bersifat manasuka.
Infleksi dan Derivasi
Istilah fleksi
atau infleksi berarti semua perubahan paradigmatik yang
dihasilkan dengan proses mofofonemis manapun. Ciri infleksi ialah bahwa
bentukan infleksi itu tergolong dalam kategori yang sama dengan morfem
dasarnya; kedua, bahwa konstruksi infleksi mempunyai distribusi yang sama
dengan distribusi morfem dasarnya.
Derivasi
berbeda dengan infleksi karena kontruksinya menunjukkan distribusi yang berbeda
dengan morfem dasarnya disebabkan konstruksi derivasi mengubah kategori morfem
dasar. Kita dapat menetapkan sesuatu sebagai kaidah apabila terdapat system
atau keteraturan struktur.
Pemajemukan
Konstruksi
majemuk terdiri atas dua morfem atau dua kata dan bisa lebih yang membentuk
satu pengertian. Konstruksi majemuk tidak lagi menonjolkan makna tiap
komponennya, tetapi menonjolkan makna yang ditimbulkan oleh gabungan komponen
itu sekaligus.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Reduplikasi atau kata
ulang dapat terjadi dengan perubahan vokal/konsonan secara gramatikan. Bila
dipakai pada penggunaan bahasa Indonesia, sebagian kata ulang mempunyai arti
“jamak”. Pada pembelajaran bahasa Indonesia sekarang pembahasan kata ulang
cenderung mengarah pada bahasa semantik saja. Siswa lebih banyak diperkenalkan
dengan makna kata ulang, bukan pada proses pembentukannya. Modifikasi intern, suplisi,
dan modifikasi tanujud dalam pemakaian ke dalam bahasa Indonesia kurang dikenal
karena jumlahnya sangat terbatas.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Telaah mengenai kata ulang sebenarnya sangat bermanfaat
namun kadang tidak dianggap sebagai telaah morfologis. Pembahasan mengenai
proses pembentukan kata ulang kadang tidak menimbulkan perubahan bentuk yang
radikal, hanya bentuk yang diulang. Konteks yang sangat berubah pada kata ulang
adalah maknanya. Oleh sebab itu dapat dipertimbangkan kalau bahasan mengenai kata
ulang ini dimasukkan pada bahasan semantik. Walaupun begitu, bagian ini sangat
baik karena uraian dan contohnya menggunakan kata-kata dalam bahasa Indonesia.
MODUL
7
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA : MORFOLOGI
Kegiatan belajar 1 :
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Morfologi ialah cabang linguistik yang mengidentifikasi
satuan-satuan bahasa sebagai satuan gramatikal. Morfologi mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahaan bentuk kata
terhadap golongan dan arti kata.
Morfem adalah satuan bentuk terkecil dalam sebuah bahasa
yang memiliki makna/arti dan tidak bisa dibagi menjadi satuan yang lebih kecil
lagi. Makna yang terkandung dalam setiap morfem ialah makna leksikal maupun
makna gramatikal.
Morfem dasar adalah semua morfem yang dapat dilekati oleh
morfem (pe-, an-, pe-an, -ku).
Sedangkan morfem yang dapat berdiri sendiri dalam tuturan adalah morfem bebas (free morpheme). Sedangkan morfem
terikat (bound morpheme) adalah
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri, yang harus muncul bersama dengan
morfem lainnya. Morfem yang juga tidak dapat berdiri sendiri diantaranya morfem
temu, tawa, juang. Ketiga
morfem tersebut berdiri sendiri tetapi terikat juga pada morfem dasar lain
ataupun morfem terikat lain (berjuang,
memperjuangkan, bertemu, mempertemukan). Morfem juang dan temu juga dapat
muncul bersama-sama morfem dasar lain (daya
juang, temu karya, temu gelang). Keterikatan itu disebut terikat sintaktis. Morfem terikat secara
morfologi, ada tiga macam, yaitu afiks, klitik, dan morfem dasar terikat (juang, tawa, temu).
Kata
adalah setiap bentuk terkecil dalam tuturan. Beberapa sifat-sifat kata,
diantaranya kata boleh terdiri atas
satu morfem bebas, kata boleh terdiri atas satu morfem
bebas dan satu morfem terikat, dan kata juga boleh terdiri atas satu morfem
terikat atau lebih dengan satu morfem terikat lagi. Akar merupakan inti dari
sebuah kata. Dapat disimpulkan bahwa akar adalah morfem (bebas atau terikat)
yang menjadi dasar bagi bentuk morfologi yang lebih besar. Root (akar) dapat
disebut juga stem bila terdiri dari satu morfem tunggal. Root selalu terdiri
atas satu morfem, sedangkan stem dapat satu atau lebih morfem. Morfofonemik
adalah perubahan fonem akibat pertemuan atau hubungan morfem dengan morfem
lainnya.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Teori morfologi dalam bahasa
Indonesia sangat penting untuk dikuasai karena di dalamnya dipelajari berbagai
hal yang berhubungan dengan struktur bahasa Indonesia, seperti morfem dan
jenis-jenisnya, pengertian kata, perbedaan morfem dan kata, akar dan stem,
serta perubahan bunyi fonem akibat penngaruh lingkungan yang dimasuki morfem
(morfofonemik). Teori ini sangat bermanfaat dalam pembelajaran bahasa Indonesia
dan perlu diaplikasikan dalam struktur bahasa
Indonesia.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Teori morfologi seperti yang disebutkan di atas sudah
sangat sistematis, namun masih terdapat kelemahan-kelemahan. Kelemahan pada bagian
ini antara lain masih sedikitnya contoh-contoh aplikasi dalam bahasa Indonesia
untuk memperjelas uraian. Selain itu, uraian tentang pola kata dasar dan sukukata
dalam bahasa Indonesia belum banyak disinggung pada modul ini.
Kegiatan belajar 2 :
MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Menurut
Benjamin dan Velma, morfem diwakili oleh satu morf atau lebih. Beberapa morf
yang berbeda bentuk mewakili morfem yang disebut alomorf. Morf dan alomorf
merupakan kesatuan etik, sedangkan morfem merupakan kesatuan emik. Contoh
alomorf dalam bahasa Indonesia adalah awalan me-. Morfem me- mempunyai alomorf men-, mem-, meny-, meng-.
Ada
dua macam alomorf, yaitu alomorf fonemis dan alomorf morfemis. Alomorf fonemis
adalah bentuk alomorf yang dibatasi oleh posisi fonem, seperti meN- dalam
bahasa Indonesia menjadi mem-, meng-
dsb. Sedangkan alomorf morfem beR- dalam be-,
ber- dan bel- pada kata berupa,
berapa, belajar berbeda dengan ber- pada berapa, berarti, berurut, berujut yang hanya dapat diperlihatkan
dengan contoh morfem, dinamakan alomorf morfemis.
Asimilasi
adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkan mirip atau sama dengan bunyi
lain di dekatnya karena adanya kesamaan sehingga pengucapan dan pelafalan
menjadi lebih lancar. Contoh membuat,
mendapat, menggali lebih lancar ucapan daripada mebuat, medapat atau megali.
Metatesis
adalah gejala yang terjadi pada beberapa bahasa tertentu yaitu fonem-fonem yang
terdapat di tepi morfem yang kadang-kadang bertukar tempat.
Pengenalan
morfem didasar pada tiga prinsip. Yang pertama bentuk-bentuk berulang yang
mempunyai pengertian yang sama, termasuk morfem yang sama. Kedua, bentuk-bentuk
yang mirip (susunan fonem-fonemnya) yang mempunyai pengertian yang sama,
termasuk morfem yang sama, apabila perbedaan-perbedaannya dapat diterangkannya
secara fonologis. Ketiga, bentuk-bentuk yang berbeda susunan fonem-fonem nya
yang tidak dapat diterangkan secara fonologis perbedaan-perbedaannya, masih
dapat dianggap sebagai alomorf daripada morfem yang sama atau mirip, asal
perbedaan-perbedaan itu bisa diterangkan secara morfologis. Keempat,
bentuk-bentuk yang sebunyi (homofon)
merupakan morfem yang berbeda apabila berbeda pengertiannya, morfem yang sama
apabila pengertiannya diikuti oleh distribusi yang berlainan, morfem-morfem
yang berbeda biarpun pengertiannya berhubungan tetapi sama ditribusinya.
Kelima, suatu bentuk dapat dinyatakan sebagai morfem apabila berdiri sendiri,
merupakan perbedaan yang formal didalam suatu deretan struktur, terdapat
didalam kombinasi-kombinasi dengan unsur lain yang terdapat berdiri sendiri
atau didalam kombinasi-kombinasi yang lain pula. Dan yang terakhir, dapat
dianggap morfem jika suatu bentuk terdapat didalam kombinasi satu-satunya
dengan bentuk lain, yang pada gilirannya terdapat berdiri sendiri atau didalam
kombinasi dengan bentuk-bentuk lain. Jika dalam suatu deretan struktur terdapat
perbedaan yang tidak merupakan bentuk melainkan suatu kekosongan, maka
kekosongan tersebut dianggap sebagai morfem tersendiri atau alomorf dari suatu
morfem (apabila deretan struktur itu berurusan dengan alomorf-alomorf suatu
morfem).
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Kajian
pada bagian ini sangat aplikatif dalam bahasa Indonesia. Struktur bahasa
Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan pembahasan mengenai alomorf sebagai
bagian dari linguistik. Dalam bahasa Indonesia terdapat alomorf seperti me-
yang apabila diaplikasikan dengan kata-kata atau morfem tertentu akan berubah
menjadi morfem lain. Demikian juga morfem ber- juga berubah bentuk. Morfem
ber+ajar menjadi bel-ajar, ber+kerja
menjadi bekerja, merupakan salah satu keunikan alomorf dalam bahasa Indonesia.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Pembahasan mengenai alomorf
seperti pada bagian ini telah lengkap dan sistematis. Namun beberapa kelemahan
dapat ditemukan di sana. Contoh-contoh yang mengacu pada bahasa daerah dan
bahasa asing (bahasa Inggris) dan belum banyaknya contoh dalam bahasa Indonesia
merupakan salah satu kelemahan modul tersebut. Pembahasan yang tidak tuntas
baru sebatas pengertian dan contoh belum sampai pada analisis alomorf pada
morfem/kata menjadi kelemahan lainnnya.
Kegiatan belajar 3 :
WUJUD DAN HUBUNGAN MORFEM
A. Ringkasan
Terdapat lima macam wujud morfem, yang pertama, morfem yang terdiri dari sebuah
fenom atau lebih, yaitu morfem berwujud
fonem atau urutan fonem segmental. Kedua,
morfem yang terdiri atas morfem-morfem segmen dan fonem - fonem prosodi. Sebagai contoh urutan fonem /bottar/ dalam bahasa
Batak belum mengandung arti. Urutan fonem tersebut akan jelas apabila diberi
penekanan pada suku pertama atau kedua, /bóttar/ atau /bottár/. Makna pertama
“darah” sedangkan yang kedua bermakna “anggur.” Ketiga, morfem juga dapat terdiri atas fonem-fonem segmen
dan nada. Keempat, morfem berwujud fonem-fonem segmen dan
fonem-fonem prosodi. Fonem-fonem
tersebut selalu bersama-sama maka pengertiannya menjadi rangkap, yakni fonem
segmental menyatakan satu konsep dan fenom prosodi menyatakan konsep yang
lainnya. Kelima, morfem berwujud gabungan fonem prosodi dan
keprosodian yaitu intonasi atau lagu kalimat;
morfem tanujud (kekosongan). Yang
dimaksud dengan kekosongan yaitu bahwa morfem tersebut bermanifestasikan dengan
kekosongan yang biasa disebut dengan morfen zero atau morfem tanwujud.
Berdasarkan kriteria, morfem dapat diklasifikasikan menjadi
berjenis-jenis. Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi yakni hubungannya
dan distribusinya. Pengklasifikasian morfem dari segi hubungannya, masih dapat
kita lihat dari hubungan struktural dan hubungan posisi. Secara hubungan,
morfem ada tiga macam hubungan, yaitu morfem bersifat tambahan (aditif), morfem bersifat penggantian (replaso), dan morefm bersifat
pengurangan (substraktif).
Dilihat dari hubungan posisinya, morfem pun dapat dibagi
menjadi tiga macam yakni morfem yang bersifat urutan, sisipan,
dan simultan.
Ditinjau dari distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu morfem bebas dan morem terikat. Morfem bebas
ialah morfem yang dapat berdiri dalam tuturan biasa. Morfem terikat yaitu
morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Dalam
pembelajaran bahasa Indonesia kelima jenis morfem di atas digunakan secara
maksimal. Oleh karena itu, kelima jenis morfem tersebut sangat diperlukan.
Demikian juga dengan perubahan morfem secara hubungan aditif, replaso, maupun
substraktif. Ketiga hal tersebut dapat diaplikasikan dalam penggunaan bahasa
Indonesia.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Bahasan pada bagian ini sangat penting dikuasai guru bahasa Indonesia.
Kelemahan yang ada pada uraian bagian ini adalah pemilihan contoh yang banyak
menggunakan kata-kata dalam bahasa asing. Contoh dalam bahasa asing tersebut
kadang sulit dicari padanannya (baik pada proses maupun maknanya), sehingga
guru menyimpulkan bahwa contoh yang dimaksud tidak ada dalam bahasa Indonesia.
MODUL
8
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA : SINTAKSIS
Kegiatan belajar 1 :
SINTAKSIS BAHASA INDONESIA
A. Ringkasan
Sintaksis adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarunsur bahasa
untuk membentuk sebuah kalimat. Bahasan sintaksis meliputi frasa, klausa, dan
kalimat sebagai kesatuan sistemisnya. Unsur yang tak dapat ditinggalkan pada
pembahasan sintaksis adalah struktur kata.
Kata merupakan kesatuan bahasa terkecil yang membentuk kalimat. Kata
memiliki dua makna, yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Menurut bentuknya
kata dapat dibedakan menjadi kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan kata
majemuk. Pembahasan mengenai jenis kata tersebut masuk dalam bahasan
morfologis.
Kata terdiri atas rangkaian fonem yang teratur sesuai dengan kaidah bahasa
yang bersangkutan. Kata berfungsi membentuk frase, klausa, dan kalimat.
Kumpulan kata dalam suatu bahasa membentuk perbendaharaan bahasa.
Perbendaharaan kata dalam bahasa juga dapat berasal dari bahasa lain atau
serapan bahasa Indonesia banyak menyerap kata-kata dari bahasa lain.
Kumpulan kata membentuk frase. Frase merupakan kesatuan bahasa yang lebih
besar daripadan kata karena kata selalu terdiri atas dua kata atau lebih.
Berdasarkan distribusinya frase dibedakan menjadi frase endosentris dan frase
eksosentris. Frase endosentris merupakan frase yang distribusinya sama, kedua
kata sama sederajad. Sedangkan frase eksosentris merupakan frase yang kedudukan
unsur katanya berbeda, satu sebagai inti sedangkan satu sebagai unsur yang
menerangkan.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Bahasan mengenai frase ini sangat tepat dan cocok dengan bahasan dalam
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga mengenal frase endosentris dan frase
eksosentris. Telaah frase berdasarkan distribusinya ini dalam pembelajaran bahasa
termasuk komponen yang dapat dengan mudah dipahami siswa.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Bahasan mengenai
sintaksis ini sangat bagus dan mudah dipahami. Namun demikian sesuai dengan
judulnya (Sintaksis Bahasa Indonesia) bahasan lebih mengarah pada kata secara
mandiri. Artinya bahasan kata tidak diaplikasikan ke dalam kalimat. Hal ini
kurang tepat. Sebaiknya semua bahasan kata diterapkan dalam struktur kalimat
sehingga dapat diketahui secara jelas fungsi dan makna kata dalam kalimat.
Kegiatan belajar 2 :
KLAUSA
A. Ringkasan
Klausa merupakan kesatuan bahasa
yang mengandung makna. Memiliki dua unsur penting yaitu subjek dan predikat.
Satu klausa dapat berubah menjadi kalimat jika diberi intonasi final seperti:
Intonasi final berita (deklarative),
intonasi tanya (interogative),
intonasi perintah ( imperative), dan
intonasi seru ( exlamation).Pada
klausa walaupun terdiri atas subjek dan predikat namun yang terpenting adalah
predikat sehingga dapat terjadi satu
subjek menjadi pangkal beberapa
predikat.
Kalimat adalah kesatuan bahasa
terkecil yang lengkap. Dikatakan lengkap karena
dapat berdiri sendiri dan dapat dipahami. Kalimat merupakan bentuk linguistik
yang bebas karena tidak bergantung kepada konstruksi gramatikal yang manapun. Seperti klausa kalimat juga memiliki dua unsur yang
penting yaitu subjek dan predikat. Predikat kalimat terdiri atas predikat inti
dan predikat bukan inti yang berfungsi untuk melengkapi predikat intim seperti
objek, pelengkap, keterangan. Dalam penulisan kalimat selalu diawali dengan
huruf kapital dan diakhiri dengan tiik,
tanda tanya, tanda seru,
Hubungan antara klausa dan kalimat
adalah bahwa kalimat ada yang terdiri dari satu klausa disebut eka klausa atau
kalimat tunggal dan ada yang terdiri
atas beberapa klausa disebut poliklausa
atau kalimat majemuk. Kalimat ekaklausa ada
dua macam yaitu kalimat berpredikat verbal dan predikat non verbal (nomina, adjektiva, adverbia, pronomina, numeralia, dan frase preposisi). Pada kalimat poliklausa hubungan antar klausanya ada yang
menggunakan konjungsi disebut hubungan eksplisit, dan ada yang tanpa konjungsi
disebut impisit.
Satu hal yang berperan penting dalam
kalimat adalah intonasi. Suatu intonasi dapat
menunjukkan bahwa kalimat itu berisi pemberitahuan, pertanyaan, permintaan,
ajakan, harapan, atau perintah. Selain intonasi setiap
ujaran juga didukung oleh situasi.
Setiap kalimat dalam tuturan
diantarai oleh kesenyapan. Ada kesenyapan awal dan kesenyapan akhir. Selain dua kesenyapan tersebut ada juga kesenyapan antara terutama untuk kalimat-kalimat
panjang. Juga dikelanl kalimat minim,
yaitu kalimat yang sudah memenuhi unsur kalimat walaupun tidak seluruhnya. Contoh: Keluar ! Lawan kalimat minim adalah
kalimat panjang yaitu kalimat yang terdiri atas beberapa kontur dan klausa..
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya tentang sintaksis tidak akan
terlepas dari kalimat dan unsur-unsur pembentuk kalimat. Kelengkapan unsur kalimat dan ketepatan pemakaian intonasi atau jeda akan memperjelas makna kalimat yang diujarkan. Kalimat yang baik dan benar susunannya akan mempermudah
komunikasi dan penyampaian ide.
Materi klausa terdapat
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya sintaksis. Materi ini perlu diajarkan sebelum siswa mempelajari kalimat secara lengkap. Dengan memahami klausa siswa mengetahui kedudukan subjek
dan predikat serta aturan-aturannya dalam struktur bahasa.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kelebihan dari materi klausa dan kalimat dalam modul ini adalah sudah
menjelaskan tentang unsur kalimat dan jenis kalimat. Namun masih perlu ditambah dengan penjelasan isilah baru misalnya ciri-ciri prosodi, dan lebih baik jika
disertai contoh-contohnya. Untuk kalimat inversi belum diberi penjelasan dan contoh-contohnya. Agar pembaca lebih faham perlu dilengkapi.
Kegiatan belajar 3 :
KALIMAT (LANJUTAN)
A. Ringkasan
Pada kalimat terdapat
unsur pusat atau inti yaitu subjek dan predikat. Subjek adalah apa yang dikemukakan, yang diberitahukan.
Predikat ialah penjelasan tentang subjek itu. Subjek dan predikat saling mengisi sehingga tidak ada kalimat tanpa unsur
pusat tersebut. Dalam pembelajaran
kalimat dikenal jenis-jenis kalimat seperti : kalimat minor dan mayor, kalimat inti dan transformasional, kalimat
lesapan/elipsis/rapatan dan kalimat ingkar.
Kalimat minor adalah
kalimat yang hanya terdiri dari unsur predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.
Kalimat
minor hanya terdiri dari sepatah kata atau sebuah frase sebagai jawaban atas
pertanyaan. Contoh: Sudah pergi. Kalimat yang memuat unsur utama yaitu subjek dan predikat disebut kalimat
mayor. Contoh:
Ana
sudah pergi.
Perbedaan antara kalimat
inti dan kalimat transformasional adalah bahwa kalimat inti dianggap sebagai
kalimat asal yang terdiri atas unsur subjek, predikat, objek atau pelengkap. Contoh: Lidia membaca buku
(S-P-O). Sedangkan kalimat transformasi
merupakan hasil perubahan dari kalimat inti.
Dalam satu kalimat
terkadang ada unsur yang perlu disembunyikan.
Hal ini
disebabkan karena kemungkinan unsur yang dimaksud terlalu sering muncul
sehingga redundansi (berlebihan). Selain itu juga karena
unsur tersebut sudah diketahui sehingga tidak perlu dimunculkan. Dalam bahasa Indonesia kalimat
jenis ini disebut kalimat lesapan/elipsis/rapatan. Kalimat ingkar adalah kata yang menyatakan pengingkaran. Dalam bahasa Indonesia dikenal
4 kata yang menyatakan pengingkaran yaitu: tidak, belum, bukan, dan jangan.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Telaah mengenai pembentukan kalimat
merupakan bagian yang penting dalam proses belajar berbahasa karena kalimat
merupakan unsur terkecil bahasa yang berhubungan dengan proses komunikasi.
Pembahasan pada bagian ini cocok atau sama dengan pembahasan kalimat dalam bahasa
Indonesia. Telaah mengenai unsur kalimat sudah mengacu pada tatabahasa modern
yang memandang kalimat berdasarkan fungsi, katagori dan peran. Hal ini akan
membantu guru bahasa Indonesia dalam menganalisis kalimat bahasa Indonesia,
apalagi contoh yang digunakan juga kalimat dalam bahasa Indonesia.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Telaah unsur kalimat yang mengacu pada tatabahasa modern pada bahasan ini
mempunyai kelebihan tersendiri. Pembaca menjadi tahu tentang cara menganalisis
kalimat berdasarkan struktur fungsi, katagori, dan peran, tanpa kekacauan
bahasan. Selama ini telaah mengenai struktur kalimat bercampur baur antara
telaah fungsi, katagori dan peran. Dengan demikian bagian ini sangat membantu
guru bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya, meskipun bahasan ini dalam
pembelajaran sudah diintegrasikan dengan keterampilan berbahasa yang lain.
MODUL
9
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA : SINTAKSIS
Kegiatan belajar 1 :
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA (LANJUTAN)
A. Ringkasan
Linguistik adalah studi ilmiah yang diperoleh dengan
jalan penerapan metode-metode penelitian ilmiah
tentang bahasa. Pada umumnya ilmu pengetahuan modern
berberpijak pada metode berpikir aposteriori, yaitu bersumber pada observasi
serta pemilihan data yang teliti, tidak berat sebelah dan
bersifat ekstensif, sedangkan sebelumnya
orang mempergunakan metode sebaliknya yaitu apriori.
Pembahasan
sintaksis bertolak pada dua teori , yaitu
linguistik
deskriptif yang
membagi ilmu pengetahuan menjadi dua bagian (fonologi dan grammar) dan linguistik struktural yang membagi linguistik menjadi empat cabang utama (fonetik, fonemik, morfemik, dan grammar).
Berdasarkan pada kedua teori
tersebut, sintaksis yang merupakan salah satu
cabang tata bahasa membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri
sendiri,yang mempunyai pola intonasi
akhir dan terdiri atas klausa. Kalimat dapat
diklasifikasi berdasarkan :
1. Jumlah dan jenis klausa
yang terdapat pada dasar,
2. Struktur Internalklausa
utama
3. Jenis respons yang
diharapkan,
4. Sifat hubungan
Aktor-aksi,
5. Ada atau tidaknya unsur
negatif pada frasa verbal utama,
6. Kesederhanaan dan
kelengkapan dasar,
7. Posisi dalam percakapan,
8. Konteks dan jawaban yang
diberikan
Berdasarkan
segi jumlah dan jenis klausa kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal,
kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. Berdasarkan segi struktur internal
klausa utama kalimat dibedakan menjadi kalimat sempurna dan kalimat tak
sempurna. Dilihat dari respon yang diharapkan kalimat dibedakan menjadi kalimat
pernyataan, kalimat pertanyaan dan kalimat perintah. Sedangkan dari segi sifat
hubungan actor-aksi kalimat dibedakan atas kalimat pasif, kalimat aktif,
kalimat medial, dan kalimat resiprokal.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Kajian Sintaksis bahasa Indonesia bertolak pada dua teori, yaitu linguistik deskriptif dan linguistik
struktural yang membagi ilmu bahasa satu sama lainnya berbeda. Sintaksis merupakan salah satu cabang tata bahasa yang
membicarakan kalimat,klausa dan frasa.
Tanggapan kami bahwa teori linguistik deskriptif dan linguistik struktural memang cukup menarik untuk
dibaca dan dipelajari agar guru bahasa
Indonesia tidak terbatasi pada analisis kalimat berdasarkan konsep tradisional.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Pandangan guru bahasa selama ini terhadap analisis
kalimat sangat terbatas pada cara pandang tradisional. Guru bahasa sebagian
hanya menganalisis kalimat berdasarkan jumlah klausa sehinggga bahasan mengenai
kalimat tunggal dan majemuk menjadi dominan. Telaah modul ini sangat membantu,
hanya saja masih kurang dalam memberikan contoh analisis kalimat dalam bahasa
Indonesia.
Kegiatan belajar 2 :
STRUKTUR BAHASA
INDONESIA (LANJUTAN)
A. Ringkasan
Kalimat dipandang dari
segi ada atau tidaknya unsur negatif pada frasa verbal utama dibedakan atas kalimat afirmatif dan kalimat negatif. Kalimat afirmatif adalah kalimat yang pada frasa verbal
utamanya tidak terdapat unsur negatif atau unsur penindakan atau penyangkalan.
Kalimat negative adalah kalimat yang frasa verbal utamanya terdapat unsure
negatif.
Kalimat dipandang dari
segi kesederhanaan dan kelengkapan dasar
dibedakan
atas kalimat formata, kalimat transformata, dan kalimat deformata. Kalimat formata adalah kalimat tunggal yang sempurna
yang terdiri atas satu klausa bebas. Kalimat transformata adalah kalimat
lengkap tetapi bukan kalimat tunggal. Kalimat deformata adalah kalimat tunggal
yang tidak sempurna atau tidak lengkap. Yang termasuk dalam kalimat deformata
adalah kalimat urutan, kalimat sampingan, kalimat elips, kalimat tambahan,
kalimat jawaban, dan kalimat seruan.
Berdasarkan strukturnya, kalimat seruan dibedakan menjadi
bermacam-macam baik yang nonklausa maupun nontipe atau struktur istimewa. Yang
termasuk berstruktur nonklausa antara lain kalimat panggilan, salam, teriakan,
judul, motto, inskripsi. Sedangkan yang berstruktur istimewa meliputi
metabahasa dan bahasa singkat.
B. Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Realita menunjukan bahwa para guru bahasa Indonesia dari tingkat
dasar sampai tingkat menengah sudah terbiasa dengan teori-teori linguistik yang
cenderung ke arah konvensional yang berkiblat kepada pandangan pilosofis
tradisional. Kelemahannya adalah para guru yang sudah terkondisi dengan
pandangan filosofis tradisional tersebut harus berusaha keras mengadopsi dan
membuka
diri serta
harus mampu menyerap suatu pandangan yang
berpijak pada prinsip aposteriori.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Dalam kegiatan belajar 2 ini
pada
kalimat transformata tidak mencantumkan
contoh-contohnya yang sangat dibutuhkan para pembaca untuk mendapatkan gambaran
yang lebih jelas padahal pada batasan
yang lain salalu disertai dengan contoh-contohnya. Namun demikian telaah pada bagian ini sangat bermanfaat
yang membuat guru menjadi lebih fariatif dalam menyampaikan jenis-jenis dan
tipe kalimat.
Kegiatan belajar 3 :
KLAUSA DAN FRASA
A. Ringkasan
Klausa adalah kelompok kata yang
hanya mengandung satu predikat. Pembagian
klausa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No.
|
Dasar
Pembagian
|
Jenis
Klausa
|
1
|
Berdasarkan
distribusi unitnya
|
1.
Klausa bebas
2.
Klausa terikat
|
2
|
Berdasarkan
jenis kata predikatnya
|
1.
Klausa verbal
2.
Klausa nonverbal
|
3
|
Berdasarkan
struktur internal klausa verbal
|
1.
Klausa transitif
2.
Klausa intransitif
|
4
|
Berdasarkan
sifat hubungan aktor-aksi
|
1.
Klausa aktif
2.
Klausa pasif
3.
Klausa medial
4.
Klausa resiprokal
|
5
|
Berdasarkan
fungsi klausa terikat
|
1.
Klausa nominal
2.
Klausa adjectival
3.
Klausa adverbial
|
Frasa
Frasa adalah satuan linguistik yang
secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa.
Klasifikasi Frasa
Berdasarkan tipe strukturnya frasa
dapat dibedakan atas:
1. Frasa eksosentris:
preposisi, postposisi
2. Frasa endosentris: beraneka hulu, koordinatif nominal, koordinatif verbal,
koordinatif
ajektif, koordinatif adverbial, apositif, modifikatif, nominal, ajektifa, dan adverbial.
B.
Tanggapan dan Aplikasi ke dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Telaah klausa dalam bahasa Indonesia tidak selengkap yang disampaikan pada
modul bagian ini. Dalam pembelajaran sampai pada sekolah menengah, penjenisan
klausa hanya sampai pada klausa bebas-klausa terikat dan klausa nominal-klausa
adjektiva-adverbia. Dengan demikian masalah yang sesuai dengan bahasa Indonesia
kita manfaatkan sebagai bahan pengingat, sedangkan masalah yang belum ada dapat
digunakan sebagai referensi baru.
C. Kelemahan atau Kelebihan
Kelebihan dalam bagian ini terletak pada penyajian yang sangat rinci dan
teliti. Pembagian klausa dan frasa dijelaskan secara terperinci menurut dasar
pembagiannya. Hal ini menjadikan pembaca lebih mudah memahami jenis-jenis
klausa dan frasa dan terhindar dari pembahasan yang tumpang tindih. Akan lebih
jelas lagi bila penjenisan klausa dan frasa ini dilengkapi tabel sehingga dapat
secara cepat dipahami.
0 komentar:
Posting Komentar